Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kehidupan Berbangsa

Toleransi Harus Jadi Cara Berpikir bagi Semua Generasi

Foto : istimewa

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo

A   A   A   Pengaturan Font

Menurut dia, merawat keragaman adalah tanggung jawab seluruh anak bangsa demi keutuhan NKRI.

JAKARTA - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo menilai toleransi harus menjadi cara berpikir dan bernalar semua generasi demi menjaga semangat Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia.

Romo Benny menjelaskan saat ini adanya gerakan anti-keberagaman yang dapat digunakan untuk memecah-belah bangsa. "Toleransi itu tidak hanya sekadar menghormati perbedaan, tapi toleransi sudah menjadi habitualisasi (kebiasaan, red.) bangsa. Toleransi harus menjadi cara berpikir dan bernalar semua generasi, memahami bahwa kita hidup saling berdampingan serta bersaudara. Walaupun berbeda agama atau keyakinan, kita tetap ada satu ikatan, yaitu Bhinneka Tunggal Ika," kata Romo Benny di Jakarta, Kamis (21/9).

Lebih lanjut, dia menjelaskan prinsip Bhinneka Tunggal Ika merupakan bagian dari sejarah Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Bhinneka Tunggal Ika harus tetap dijaga dari ancaman kepentingan-kepentingan sesaat yang menggunakan politik sebagai alat itu untuk memecah belah bangsa ini.

Menurut dia, merawat keragaman adalah tanggung jawab seluruh anak bangsa demi keutuhan NKRI. "Keragaman Indonesia sangat membanggakan kita, terbukti dengan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memuji Indonesia karena mampu menjaga kemajemukannya, sehingga bangsa ini tidak bisa dipecah belah oleh ancaman politik maupun kepentingan sesaat yang membenturkan berbagai kelompok masyarakat. Kita harus bangga bahwa ancaman tersebut tidak terjadi di bumi Indonesia," tutur Romo Benny.

Dia pun mengingatkan perbedaan dan keragaman itu harus dikelola dengan baik, karena banyak negara terjebak dalam konflik berkepanjangan karena tidak dapat mengelola perbedaan yang ada. Kehancuran negara-negara itu biasanya ditandai dengan semakin maraknya narasi intoleransi dan radikalisme bertebaran di berbagai media massa dan internet, ucap Romo Benny menambahkan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Sriyono
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top