Tiongkok Mengakui Ekonominya Sedang Hadapi Masalah Baru
Foto: Sumber: National Bureau of Statistics of China - ABEIJING - Para pemimpin tertinggi Tiongkok, termasuk Presiden Xi Jinping, pada hari Kamis (26/9), mengakui bahwa ekonomi tengah hadapi masalah baru dan janji perbaiki krisis sektor perumahan yang sudah berlangsung lama.
Dikutip dari Channel News Asia, Beijing minggu ini meluncurkan serangkaian langkah baru yang bertujuan mendongkrak ekonominya yang sedang terpuruk, yang ingin dicapai oleh para pemimpinnya hingga tumbuh 5 persen pada 2024, sebuah tujuan yang menurut para analis optimistis mengingat tantangan yang dihadapinya. Pada Kamis, Partai Komunis yang berkuasa mengadakan pertemuan badan tertingginya, Politbiro, untuk menganalisis dan mempelajari situasi ekonomi terkini.
"Beberapa situasi dan masalah baru telah muncul dalam jalannya ekonomi saat ini," kata kantor berita Xinhua. "Kita harus melihat situasi ekonomi saat ini secara komprehensif, objektif, dan tenang, menghadapi kesulitan secara langsung, dan memperkuat rasa percaya diri," tambahnya. Anggota Politbiro sepakat tentang perlunya lebih meningkatkan fokus dan efektivitas langkah-langkah kebijakan yang bertujuan mengangkat ekonomi.
Mereka berjanji untuk menanggapi kekhawatiran masyarakat tentang kelesuan ekonomi. "Beijing akan menyesuaikan kebijakan pembatasan pembelian perumahan, menurunkan suku bunga pinjaman hipotek yang ada dan mempromosikan pembangunan model baru untuk pengembangan real estat," kata Xinhua.
Suntikan Modal Besar
Pertemuan itu diadakan pada hari yang sama ketika Bloomberg melaporkan Beijing sedang mempertimbangkan untuk menyuntikkan lebih dari 140 miliar dollar AS ke bank-bank besar milik negara di negara itu, dalam suntikan modal besar pertama dari jenisnya sejak krisis keuangan global 2008.
Langkah tersebut, yang bertujuan memberi bank lebih banyak ruang untuk meminjamkan uang kepada bisnis, akan dilaksanakan terutama melalui penerbitan obligasi negara khusus baru, kata laporan itu, mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Serangkaian langkah yang diumumkan minggu ini, yang mencakup pemotongan suku bunga utama dan kebijakan yang dimaksudkan untuk mendorong pembelian rumah, telah disambut baik oleh investor karena saham di Shanghai dan Hong Kong menguat.
Namun, analis memperingatkan stimulus fiskal yang lebih besar diperlukan untuk mengembalikan ekonomi ke kecepatan penuh, karena para pemimpin terus mencari cara untuk mencapai target pertumbuhan resmi tahun ini sebesar 5 persen dari tahun ke tahun. Data ekonomi terkini mengecewakan dengan pertumbuhan kuartal kedua lebih rendah dari ekspektasi sebesar 4,7 persen. Pengangguran kaum muda meningkat pada bulan Agustus menjadi 18,8 persen, level tertinggi tahun ini, menurut angka resmi yang dirilis minggu lalu.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia