Tiongkok Deklarasi Perang Melawan Obesitas
Foto: Sumber: WHOBEIJING - Separuh populasi warga dewasa Tiongkok tergolong kelebihan berat badan atau obesitas. Akibatnya, pemerintah Tiongkok menggalakkan upaya pengendalian berat badan melalui kampanye kesadaran masyarakat baru.
Insinyur dirgantara, Wang Hao, 45 tahun, tengah berjuang melawan berat badannya selama lebih dari 20 tahun. Ayah satu anak yang tinggal di Beijing ini, dengan tinggi 1,84 meter dan berat 124 kilogram, mulai naik berat badannya pada 2003, setelah lulus dari universitas dan memulai kehidupan kerja yang sibuk.
"Kenaikan berat badan saya terutama disebabkan oleh banyaknya minyak dan kalori dalam makanan saya, ditambah dengan sedikit atau tidak adanya olahraga," kata Wang, yang berat badan idealnya seharusnya di bawah 80 kg.
Dikutip dari The Straits Times, ia menyadari bahwa tekanan darahnya juga meningkat dalam dua tahun terakhir, dan meskipun sebelumnya ia telah berusaha mengurangi berat badannya melalui diet dan olahraga, ia tidak dapat mempertahankannya.
"Kurangnya waktu adalah kendala terbesar," imbuhnya.
Tiongkok telah mendeklarasikan perang tiga tahun melawan obesitas dalam upaya membantu warga seperti Wang mencapai berat badan sehat, karena negara tersebut berjuang untuk membendung krisis yang dapat menyebabkan dua pertiga penduduknya mengalami kelebihan berat badan pada tahun 2030.
Otoritas kesehatan nasional Tiongkok pada bulan Juni meluncurkan kebijakan baru untuk melawan peningkatan lingkar pinggang yang melibatkan 16 kementerian dan departemen pemerintah dalam strategi nasional paling komprehensif hingga saat ini.
Tingkat obesitas di Tiongkok telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir, dengan lebih dari separuh dari 1,4 miliar penduduk negara itu mengalami kelebihan berat badan. Pada tahun 2030, hampir 70 persen penduduk Tiongkok dapat memiliki berat badan lebih dari yang seharusnya.
"Ada 2,5 miliar orang dewasa di dunia, 43 persen dari populasi, yang kelebihan berat badan, termasuk 890 juta orang dewasa yang hidup dengan obesitas," kata Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO).
Biaya pengobatan yang disebabkan oleh obesitas diperkirakan akan membengkak. Sebuah penelitian di Tiongkok memperkirakan bahwa biaya tersebut akan mencapai 418 miliar yuan pada tahun 2030, yang merupakan 22 persen dari total biaya perawatan kesehatan negara tersebut.
Gaya Hidup
Populasi kelebihan berat badan di Tiongkok meningkat dua kali lipat dalam waktu hampir 30 tahun, dari 20 persen pada tahun 1992 menjadi lebih dari 50 persen.
Tren obesitas pada anak bahkan lebih mengkhawatirkan, dengan prevalensi anak-anak dan remaja yang kelebihan berat badan dan obesitas meningkat 400 persen dalam dua dekade menjadi hampir 40 persen pada tahun 2020, melampaui beberapa negara Barat dan negara-negara maju.
Dekan pendiri Institut Kesehatan Global Universitas Xi'an Jiaotong, Wang Youfa, mengaitkan krisis obesitas di Tiongkok dengan perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh urbanisasi yang pesat dan pertumbuhan ekonomi, yang telah mengubah pola makan Tiongkok secara signifikan menjadi pola makan yang penuh gula, lemak, dan kalori.
Redaktur: andes
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia