Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tingkatkan Kapasitas dan Produksi Susu, Peternak Muda Dikirim ke Belanda

Foto : Koran Jakarta/Fredrikus Wolgabring Sabini

Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika (tengah), Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian Tri Melasari (kiri), dan Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia Andrew F Saputro saat menyampaikan keterangan pers seusai menggelar Kick Off "Program Young Progressive Farmer Academy" di Kementerian Perindustrian, Jakarta Rabu, (31/5 ).

A   A   A   Pengaturan Font

"Melalui program ini kami ingin membina peternak muda skala kecil di Indonesia agar bisnis peternak sapi perah mereka semakin berkembang. Program ini sejalan dengan tujuan perusahaan "Nourishing Indonesia to Progress", diharapkan para peternak muda yang dapat berkontribusi besar dalam mempertahankan bahkan mempercepat laju pertumbuhan sektor peternakan dan industri susu di Indonesia," ujar Andrew dalam konferensi persnya bersama Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika di Kemenperin, Jakarta, Rabu (31/5)

Seleksi program FFI Young Progressive Farmer Academy dilakukan secara tertutup dengan bekerjasama dengan belasan koperasi susu yang tersebar di Pulau Jawa untuk menjaring peternak muda berusia 25-35 tahun yang memiliki 5-8 ekor sapi perah laktasi, dan bernaung di bawah mitra koperasi FFI dari seluruh Indonesia. Para pemenang akan diberangkatkan ke Belanda untuk mengikuti studi banding dan pembelajaran terkait praktik manajemen peternakan sapi perah yang baik bersama peternak lokal Belanda pada September 2023.

Melalui program ini, diharapkan dalam tiga tahun ke depan, peserta FFI Young Progressive Farmer Academy dapat mengembangkan bisnisnya hingga skala medium dengan 10-20 ekor sapi perah laktasi. Diharapkan, peningkatan skala peternakan ini juga dapat mendorong kenaikan pendapatan sampai 50 persen.

Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, rendahnya produksi susu di dalam negeri membuat Indonesia masih sangat tergantung pada impor bahan baku susu. Saat ini hanya 20 persen bahan baku susu yang tersedia di dalam negeri sehingga 80 persen sisanya masih harus diimpor. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembenahan di hulu.

Masalah utama dalam pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah masih sedikitnya populasi sapi perah di Indonesia (592 ribu ekor), rendahnya produktivitas sapi perah rakyat (8-12 liter/ekor/hari) dan tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu (0,5-0,6).

Selain itu, pengembangan produksi susu segar juga dihadapkan pada terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat (2-3 ekor per peternak), biaya pembesaran (rearing) anakan sapi perah yang cukup mahal, kurangnya pemahaman peternak rakyat akan Good Dairy Farming Practices (GDFP), serta masih minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top