
Tingkat Pemborosan Pangan RI Salah Satu Tertinggi di Dunia, Perlu Dikurangi
Aktivitas pembongkaran beras impor
Foto: istimewaJAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) mendukung kolaborasi stakeholder terkait pangan dalam upaya mengurangi tingkat pemborosan pangan. Sebab, RI termasuk negara dengan pemborosan pangan tertinggi di dunia.
Pada tahun 2023, sampah sisa makanan di Indonesia mencapai 41,4 persen. Mengutip laporan United Nations Environment Programme (UNEP) pada tahun 2021, Indonesia menempati posisi keempat terbesar penghasil sampah makanan setelah China, India, dan Nigeria. Selama tahun 2000-2019, Indonesia membuang sekitar 50 juta ton sampah makanan.
Masalah boros pangan ini disampaikan Direktur Pengendalian Kerawanan Pangan NFA Sri Nuryanti saat menjadi keynote speaker pada kick-off kegiatan “Teh Celup Sosro Hidupkan Ramadanmu” yang diselenggarakan oleh Foodbank of Indonesia (FOI) di Jakarta, Kamis (13/3).
Pemborosan pangan ini menjadi tantangan yang harus diselesaikan bersama. Butuh kolaborasi yang kuat. Dan Ramadan ini menjadi momentum untuk saling menguatkan, karena bulan ini adalah bulan menahan diri dari berbagai hawa nafsu. Namun biasanya kebutuhan konsumsi pangan cenderung meningkat. "Nah ini yang perlu diantisipasi karena ada potensi pangan yang terbuang yang pada akhirnya menyebabkan kemubaziran pangan," ujar Sri Nuryanti.
Menurutnya, besarnya pemborosan pangan yang terjadi di Indonesia bisa berkontribusi pada pengurangan defisit gizi. Seperti kehilangan energi sebesar 618-989 kkal/kap/hari setara dengan kebutuhan energi 61-125 juta, kehilangan protein 18-32 gram/kap/hari setara dengan kebutuhan 68-149 juta rata-rata orang pertahun dan zat besi sebesar 4-7 mg/kap/hari setara dengan kebutuhan sekitar 96-189 juta orang pertahun.
Sri Nuryanti juga mengungkapkan, bahwa keberhasilan penyelamatan pangan memerlukan komitmen kebijakan dan aksi lingkup pemerintahan pusat dan daerah serta kolaborasi lintas sektor.
“Ini momentum yang baik bagi semua pihak untuk berkolaborasi menurunkan angka sisa pangan melalui berbagi donasi pangan, kami sangat mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan oleh FOI dan Teh Celup Sosro. Hal ini sejalan dengan upaya Badan Pangan Nasional dalam menjaga ketahanan pangan dan mencegah terjadinya kerawanan pangan,"ujarnya.
Perluas Kolaborasi
NFA melalui Gerakan Selamatkan Pangan terus menggandeng berbagai pihak dalam upaya bersama mengurangi susut dan sisa pangan. Hal ini selaras dengan apa yang kerap disampaikan Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi yang menekankan pentingnya kolaborasi, karena penanganan masalah pangan dan gizi memerlukan komitmen semua elemen masyarakat.
Konon, pemborosan pangan itu sebagai salah satu pemicu tingginya impor pangan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ada 30 persen total pangan yang terbuang. Dampak pemborosan pangan menyebabkan kerugian ekonomi ratusan triliun karena tingginya impor pangan.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Warga Jakarta Wajib Tau, Boleh Cek Kesehatan Gratis Kapan Saja
- 2 Mantap, Warga Jakarta Kini Boleh Cek Kesehatan Gratis Kapan Saja tanpa Harus Nunggu Hari Ulang Tahun
- 3 Mourinho Percaya Diri, Incar Kebangkitan Fenerbahce di Liga Europa Lawan Rangers
- 4 Kemdiktisaintek Luncurkan Hibah Penelitian Transisi Energi Indonesia-Australia
- 5 Brigade Beruang Amankan Pembalak Liar di Suaka Margasatwa Kerumutan
Berita Terkini
-
Tak Perlu Panik! Pemerintah Perkuat Stabilisasi Pangan Ramadhan
-
Stop Insiden Serupa! Menhub Ingatkan Pentingnya Kewaspadaan Risiko di Kereta
-
Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
-
PSU Pilkada di 24 Daerah Habiskan Rp719 Miliar, Pakar: Cerminan Buruknya Tata Kelola Pemilu di Indonesia
-
Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika