Senin, 20 Jan 2025, 01:00 WIB

TikTok Resmi Ditutup di AS, Jutaan Pengguna Pasrah

Mahkamah Agung AS pada Jumat pekan lalu mendukung undang-undang yang melarang TikTok kecuali perusahaan induknya yang berbasis di Tiongkok, ByteDance, melepas kepemilikannya atas aplikasi tersebut.

Foto: istimewa

Washington DC – TikTok, aplikasi populer yang memiliki 170 juta pengguna di Amerika Serikat (AS) memberi tahu penggunanya bahwa mereka tidak dapat menggunakan aplikasi berbagi video tersebut untuk sementara setelah pemberlakuan larangan terhadap aplikasi tersebut.

“Maaf, TikTok tidak tersedia saat ini. Undang-undang yang melarang TikTok telah diberlakukan di AS. Sayangnya, itu berarti Anda tidak dapat menggunakan TikTok untuk sementara waktu,” demikian pesan dari aplikasi tersebut pada Minggu (19/1).

Seperti dikutip dari Antara, aplikasi tersebut sudah tidak tersedia lagi baik di App Store maupun Google Play Store. Beberapa jam sebelumnya, perusahaan mengumumkan bahwa layanannya akan tidak tersedia untuk sementara waktu.

“Kami menyesal bahwa undang-undang AS yang melarang TikTok akan mulai berlaku pada 19 Januari, memaksa kami untuk membuat layanan kami tidak tersedia untuk sementara. Kami sedang bekerja untuk memulihkan layanan kami di AS secepat mungkin dan kami menghargai dukungan Anda. Nantikan informasi selanjutnya,” ucap aplikasi berbagi video populer itu dalam pesan kepada semua pengguna.

Mahkamah Agung AS pada Jumat pekan lalu mendukung undang-undang yang melarang TikTok kecuali perusahaan induknya yang berbasis di Tiongkok, ByteDance, melepas kepemilikannya atas aplikasi tersebut.

1737308904_05fcd93b48b49423b768.jpg

Berbagi Keresahan

Para pembuat konten baru-baru ini berbagi kecemasan dan frustrasi mereka karena kehilangan platform yang telah menjadi sumber pendapatan utama atau tambahan mereka.

Di Mankato, Minnesota, Dustin Tyler, adalah seorang live-streamer yang membayar tagihannya dengan uang yang diperolehnya melalui aplikasi.

“Saya sangat kesal, sedih, marah, banyak emosi. Dan itu akan sangat memengaruhi saya,” katanya.

Dikutip dari Alto Broadcasting System Chronicle Broadcasting Network (ABS CBN), Tyler mengatakan TikTok adalah satu-satunya sumber pendapatannya dan menambahkan bahwa larangan tersebut akan terasa seperti “dipecat dari karier.”

Ia tidak mau mengungkapkan jumlah uang yang diperoleh dari siaran langsungnya, dan mengatakan bahwa bekerja di luar media sosial bukanlah pilihan baginya.

"Saya rasa saya tidak akan pernah menjadi tipe orang yang ingin bekerja. Maksud saya, saya merasa diterima, saya seorang influencer dan saya diterima di dunia influencer."

Di Saline, Michigan, DJ dan kreator konten Derick Castenholz juga merasakan beratnya situasi ini. Karier Castenholz di TikTok dimulai dengan "one note challenge" yang viral, di mana ia memainkan satu not dari lagu populer dan menantang penggemar untuk menebaknya. Meskipun ia tidak dimonetisasi di platform tersebut, TikTok telah membantunya mendapatkan kesepakatan merek dan klien untuk bisnis DJ-nya, yang mempekerjakan sembilan orang.

"Saya berani bilang kalau TikTok menyumbang sekitar 20 persen pendapatan saya," katanya.

Hayden Rankin dari Pecatonica, Illinois memiliki bisnis pakaian khusus NiceShirtThanks. Perusahaan ini meroket popularitasnya setelah unggahan pertamanya menjadi viral.

Rankin, yang sudah mulai membangun kehadiran di platform lain, menyadari perlunya beradaptasi. “Tentu saja, memulai bisnis di TikTok dan harus membangun sekitar 600.000 pengikut di sana, sulit untuk kehilangan itu. Namun, juga bodoh bagi bisnis kecil mana pun untuk membangun satu saluran penjualan,” katanya.

Redaktur: Andreas Chaniago

Penulis: Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan: