Teknologi Memperluas Veganisme dan Gaya Hidup Ramah Iklim
Ilustrasi cultured meat atau daging yang dibudidayakan, daging yang diproduksi dengan menumbuhkan sel otot hewan dalam media kultur.
Adapun kedua teknologi ini hanya diterapkan untuk bahan pangan berbasis nabati. Masih ada tantangan untuk mengolah bahan tersebut menjadi makanan yang lezat dan bernutrisi. Misalnya, teknologi untuk perubahan struktur protein nabati menjadi serat dan gel. Harapannya, tekstur makanan berbasis nabati bisa diubah hingga menyerupai daging.
Teknologi modifikasi struktur protein nabati tersebut ke depannya bakal sering dikombinasi dengan teknologi 3D food printing. Saat ini, usaha rintisan yang mengembangkan dan menggunakan teknologi mulai bermunculan. Contohnya adalah teknologi 3D printing untuk memproduksi burger berbasis nabati yang digagas oleh perusahaan rintisan asal Israel, SavorEat.
Teknologi pencetakan makanan ini memungkinkan pelanggan untuk memilih berapa banyak lemak dan protein yang mereka inginkan di setiap burger nabati (plant-based burger). Proses memasak membutuhkan waktu sekitar 6 menit.
Teknik 3D food printing memungkinkan kita untuk mempertahankan kandungan protein dan senyawa fungsional alami lain dalam makanan berbasis nabati. Teknik ini pun diprediksi akan menjadi masa depan kemajuan pangan di dunia. Sebab, selain hemat waktu, teknologi 3D food printing juga menawarkan kemudahan untuk menyesuaikan bahan dan nutrisi dalam pangan, meminimalkan bahan tambahan kimia dalam pangan, dan mendorong aspek keberlanjutan (sustainability) dalam sistem pangan.
Terobosan mengenai plant-based meat ini mulai merebak ke dalam pasar modern dan telah menjadi segmen pasar yang baru. Seiring waktu, inovasi serta solusi bisa jadi akan semakin efektif, dan intensitasnya bisa terus meningkat.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya