Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tantangan Karbon Tinggi dalam Pengolahan Nikel Indonesia untuk Kendaraan Listrik

Foto : istimewa

Indonesia ingin memanfaatkan cadangan nikelnya yang besar saat dunia beralih menuju kendaraan listrik.

A   A   A   Pengaturan Font

Cadangan Indonesia berupa bijih laterit, yang memerlukan pengolahan lebih banyak untuk menjadi nikel kelas 1, atau battery grade, dibandingkan dengan bijih sulfida yang banyak ditemukan di Kanada, Rusia, dan Australia. Sumber daya sulfida sekarang menipis, tetapi laterit melimpah, menempatkan Indonesia di posisi terdepan dalam rantai pengembangan EV di masa depan.

Laterit juga telah ditemukan di Filipina dan Kaledonia Baru.

Digges mengatakan, Indonesia memiliki beberapa proyek pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL) yang sedang dipertimbangkan, sedang dibangun, atau sudah berjalan, yang dapat menghasilkan nikel tingkat baterai dari bijih laterit. Salah satunya di Indonesia Morowali Industrial Park, kompleks industri nikel raksasa yang dikuasai Tsingshan di Sulawesi. Sedangkan Harita Group Indonesia menjalankan pemroses lain di Pulau Obi.

Menurut Digges, proyek HPAL umumnya memiliki rekam jejak yang rumit yang mencakup kandungan karbon yang lebih tinggi dan masalah pembuangan limbah.

"Rencana Tsingshan untuk mengubah nikel pig iron (NPI) menjadi nikel matte - yang selanjutnya disempurnakan menjadi produk kelas baterai juga merupakan prosedur yang sangat intensif energi," kata Digges.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top