Sumur Tua Harus Berkontribusi Kurangi Impor
Ilustrasi pompa angguk
Foto: Dok/PertaminaJAKARTA - Sumur minyak dan gas bumi (Migas) yang sudah tua harus dilakukan pengembangan di samping pemeliharaan (maintanance). Tujuannya agar bisa berkontribusi mengurangi kebergantungan impor migas, mengingat saat ini RI menjadi net importir.
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Noor Arifin Muhammad menyampaikan pengelolaan dan pemeliharaan berbagai fasilitas migas yang sudah cukup tua menjadi tantangan tersendiri.
"Jadi memang (fasilitas) ini suatu tantangan sendiri, di dalam maintenance sebuah industri yang sudah cukup tua seperti Migas ini, sebetulnya harus dibarengi dengan pengembangan. Agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor maka harus ada penambahan facility untuk meningkatkan produksi, dan itu kami mendukung apapun yang bisa kita dukung dari sisi government," papar Noor saat melakukan Management Walkthrough (MWT) ke Area Operasi PT Pertamina Hulu Rokan dan Kilang Refinery Unit (RU) II Dumai PT Kilang Pertamina Internasional Noor Riau, akhir pekan lalu.
- Baca Juga: Konsumsi Avtur Meningkat
- Baca Juga: SDM dan Infrastruktur Tak Kuat Topang Pertumbuhan Ekonomi Digital
Dia juga menegaskan pemerintah akan terus mendukung pengembangan sejumlah fasilitas migas, khususnya di semua wilayah migas yang sudah cukup tua. "Apalagi dari sisi teknik dan lingkungan, Indonesia akan support bahwa tentunya fasilitas-fasilitas ini ya walaupun sudah kita maintain dengan sangat luar biasa, tapi tetap saja akan tiba saatnya. Itu memang harus diganti dan dikembangkan," ucap Noor.
Kilang RU II Dumai yang sudah beroperasi sejak 1972 memiliki kapasitas produksi sebesar 170 million barrel stream per day (MBSD) dan menyumbang sebesar 16,5 persen produksi kilang di Indonesia. Produk yang dihasilkan dari antara lain berupa Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti Pertalite, Pertamax, dan Pertamina Dex. Disamping itu juga terdapat Bahan Bakar Khusus (BBK), seperti Aviation Turbine Fuel (Avtur). Selain BBM dan BBK, Kilang RU II Dumai juga menghasilkan produk non-BBM, seperti Solvent, Green Coke dan Liquid Petroleum Gas (LPG).
- Baca Juga: Insentif Pajak Bahan Baku Kapas
- Baca Juga: MDIY Resmi Terdaftar
Direktur Operasi PT KPI Didik Bahagia menuturkan kilang RU II Dumai tersebut kilang sudah berusia 53 tahun, lebih tua daripada umur Didik. Didik juga menyampaikan, selain terkait dukungan dari sisi keteknikan dan keselamatan Migas, PT KPI juga memerlukan dukungan dari Ditjen Migas dalam hal penyusunan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) di Kementerian ATR sebagai tindak lanjut hasil rekomendasi Dirrektorat Jenderal Migas Kementerian ESDM untuk perluasan buffer zone.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia