Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Gizi Buruk I Perampok Uang Negara Disubsidi, sedangkan Rakyat Miskin Ekstrem

“Stunting" Bukti Kemiskinan Ekstrem akibat BLBI

Foto : DOK KJ/ANTARA

ANGGARAN PENANGANAN “STUNTING” DI APBN MENURUN I Petugas mendata balita untuk mendapatkan makanan tambahan dan vitamin di Palu, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu, sebagai pencegahan dini stunting. Sayangnya, dengan prevalensi stunting yang masih tinggi, 24,4 persen atau 5,33 juta balita anggaran penanganan stunting di APBN justru mengalami penurunan.

A   A   A   Pengaturan Font

"Sayangnya, komitmen itu tidak nampak pada kebijakan anggaran. Bahkan jika ditelisik dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, anggaran penanganan stunting di APBN mengalami penurunan," tegas Badiul.

Pada 2020, anggaran untuk penanganan stunting mencapai 37 triliun rupiah, kemudian turun pada tahun 2021 di angka 35 triliun rupiah. Belum berhenti, pada 2022, turun lagi menjadi 34 triliun rupiah. Padahal tahun ini juga Bappenas mencanangkan 514 kabupaten/kota menjadikan stunting sebagai prioritas daerah.

Penurunan anggaran itu ironis, karena saat ini prevalensi stunting masih diangka 24,4 persen, dan pada 2024, Presiden menargetkan bisa menurunkan menjadi 14 persen pada 2024.

Penurunan anggaran penanganan stunting, menurutnya, karena APBN belum sepenuhnya sehat, di antaranya karena beban bunga utang obligasi rekap BLBI yang menggerogoti APBN.

Sebab itu, pemerintah harus serius menyikapi beban bunga obligasi rekap BLBI itu, agar prioritas pembangunan bisa berjalan dengan baik sesuai dengan target pemerintah.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top