Studi: Emisi Dinitrogen Oksida yang Melonjak Menjadi Ancaman Iklim
Pemanasan Global
Foto: ISTIMEWACANBERRA - Menurut temuan penelitian Global Nitrous Oxide Budget yang diterbitkan pada hari Rabu (12/6), emisi global nitrous oksida, jenis gas rumah kaca yang kuat, telah melampaui perkiraan dan menempatkan tujuan perubahan iklim dalam bahaya.
Berdasarkan jutaan pengukuran atmosfer di seluruh dunia, laporan tersebut mengungkapkan peningkatan tajam kadar oksida nitrat yang berhubungan dengan manusia.
Dikutip dari The Business Times, temuan ini meningkatkan kekhawatiran para peneliti terlalu sedikit upaya yang dilakukan untuk mengendalikan gas, yang sebagian besar dihasilkan oleh pertanian.
Nitrous oksida memanaskan atmosfer bumi 300 kali lebih efektif dibandingkan karbon dioksida dan dapat bertahan selama lebih dari satu abad. Menurut studi yang mengandalkan keahlian 58 peneliti internasional ini, emisi melonjak 40 persen dalam empat dekade hingga tahun 2020.
Akibatnya, kadar gas di atmosfer meningkat menjadi 336 bagian per miliar pada tahun 2022, peningkatan sebesar 25 persen dibandingkan tingkat pra-industrialisasi.
Penulis utama laporan, Hanqin Tian dari Boston College, mengatakan lonjakan tersebut jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya oleh panel ilmuwan iklim PBB, Intergovernmental Panel on Climate Change.
"Emisi oksida nitrat harus diturunkan jika pemanasan global ingin dibatasi pada target Perjanjian Paris sebesar 2 derajat Celsius," kata Tian.
Mengurangi emisi dinitrogen oksida adalah satu-satunya solusi karena saat ini belum ada teknologi yang dapat menghilangkan dinitrogen oksida dari atmosfer.
Mencemari Tanah
Nitrous oksida adalah salah satu dari tiga gas rumah kaca utama, bersama dengan karbon dioksida dan metana, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Hal ini juga mencemari tanah, air, dan udara, serta menipisnya lapisan ozon.
"Peningkatan emisi ini terjadi ketika gas rumah kaca global seharusnya menurun dengan cepat menuju emisi nol bersih jika kita memiliki peluang untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim," kata Tian.
Pertanian adalah penyebab terbesar, menyumbang hampir tiga perempat dari oksida nitrat yang disebabkan oleh manusia atau antropogenik, dalam 10 tahun hingga tahun 2020. Penyebab lainnya adalah bahan bakar fosil, limbah dan air limbah, serta pembakaran biomassa.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kasad: Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Papua Melalui Air Bersih dan Energi Ramah Lingkungan
- 2 Trump Menang, Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
- 3 Tak Tinggal Diam, Khofifah Canangkan Platform Digital untuk Selamatkan Pedagang Grosir dan Pasar Tradisional
- 4 PLN Rombak Susunan Komisaris dan Direksi, Darmawan Prasodjo Tetap Jabat Direktur Utama
- 5 Sosialisasi dan Edukasi yang Masif, Kunci Menjaring Kaum Marjinal Memiliki Jaminan Perlindungan Sosial
Berita Terkini
- Russia Tunggu Usulan Donald Trump yang Berjanji untuk Akhiri Konflik di Ukraina
- Semoga Segera Diakui PBB, Indonesia Ajukan Tiga Warisan Budaya Takbenda kepada UNESCO
- Semen Padang FC Tahan Imbang Klub Malaysia Super League dengan Skor 2-2
- Kader Golkar DKI Diminta Bekerja Keras Menangkan Cagub Jakarta RIDO
- Menekraf Luncurkan Program Baru di Aceh