“Stress Test” Jaga Stabilitas Industri Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Foto: antaraIndustri jasa keuangan harus selalu memantau dampak tingginya dinamika di perekonomian dan pasar keuangan terhadap kondisi lembaga jasa keuangan dan menyiapkan langkah mitigasi.
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) senantiasa melakukan uji ketahanan (stress test) terhadap industri jasa keuangan di tengah risiko ketidakpastian pasar yang masih tinggi ke depan. Stress test dimaksudkan untuk memastikan bahwa emerging risks seperti kenaikan risiko pasar akibat tingginya volatilitas suku bunga dan nilai tukar dapat termitigasi dengan baik.
“OJK terus melanjutkan agenda penguatan dan pengawasan sektor jasa keuangan,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI tentang Kinerja OJK Triwulan III-2024 di Jakarta, Senin (18/11).
Mahendra menuturkan seiring risiko ketidakpastian ke depan yang masih tinggi, OJK senantiasa mencermati dan mewaspadai dinamika global dan emerging risks serta potensi dampak rambatannya terhadap sektor jasa keuangan nasional.
Perekonomian global pada triwulan III-2024 dibayangi oleh risiko geopolitik, berlanjutnya pelemahan ekonomi Tiongkok dan peningkatan proteksionisme, serta risiko kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS)
OJK terus memantau kondisi individual lembaga jasa keuangan (LJK) serta memonitor potensi risiko sistemik di masing-masing individual LJK. OJK meminta industri jasa keuangan untuk selalu melakukan pemantauan dampak tingginya dinamika di perekonomian dan pasar keuangan terhadap kondisi lembaga jasa keuangan dan melakukan langkah mitigasi yang diperlukan.
OJK senantiasa menekankan pentingnya penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang selaras dengan standar internasional.
Selain itu, lanjut Mahendra, koordinasi dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga terus ditingkatkan disertai komitmen untuk mengeluarkan kebijakan yang dibutuhkan secara tepat guna dan tepat waktu.
Kebijakan Stabilisasi
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Astuti, menilai stress test memang harus dilakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Sebagai catatan, financial stress test adalah deteksi dini untuk mengetahui kondisi sistem keuangan stabil atau tidak.
Menurut Esther, beberapa kebijakan untuk stabilkan sistem keuangan di antaranya makroprudensial, mikroprudensial, moneter, fiskal, capital controls, dan infrastruktur sistem keuangan. "Perlu koordinasi antar stakeholder terkait juga," ucapnya.
Dia juga menekankan dibutuhkan kebijakan makroprudensial untuk menstabilkan sistem keuangan. Tujuannya di antaranya mengurangi risiko keuangan sistemik dan mengurangi biaya akibat instabilitas sistem keuangan.
"Hal lainnya menciptakan jaringan pengaman, sehingga bank tidak mengalami kerugian besar akibat sistem perekonomian melemah," ujarnya.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Antara, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Penderita Endometriosis Berisiko Lebih Tinggi Alami Stroke
- Cinta Laura Belajar Bahasa Jawa hingga Lakukan Adegan Aksi di Film Terbarunya
- Jalan 5.000 Langkah Sehari Dapat Menangkal Depresi
- Dikira Houthi, AS Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18-nya Sendiri
- Dishub Sleman petakan jalur mudik rawan kecelakaan dan macet