Skema Regeneratif Atasi Dampak Perubahan Iklim
Menurut Hafidz, proses transisi dari teknik pertanian konvensional untuk menuju pertanian organik biasanya butuh waktu tak singkat, terutama pada aspek penanganan hama dan pemenuhan nutrisi tanah.
"Namun, apabila sudah berhasil secara signifikan akan mengurangi biaya operasional pertanian dan memberikan multiplayer effect cukup besar pada ekonomi lokal, di mana pupuk dan pestisida organik bisa diproduksi mandiri oleh komunitas. Begitu juga dengan pemanfaatan biodiversitas lain, misalnya pemanfaatan burung untuk mencegah hama tikus, bunga-bunga untuk mengalihkan hama wereng dan belalang, dan sebagainya," jelasnya.
Hafidz menilai ke depan, sistem pertanian regeneratif juga harus didukung dengan rekayasa mikoroba dengan proses bio-engineering. Hal itu memungkinkan optimalisasi setiap tahap dan proses pertanian secara alamiah, misalnya dalam aspek penciptaan bibit berkualitas, ketahanan dari hama, pengurangan gulma, dan optimalisasi nutrisi.
Solusi Menjanjikan
Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Suharso Monoarfa, menganggap pertanian regeneratif sebagai solusi menjanjikan untuk mengatasi krisis lingkungan dan mencapai pembangunan berkelanjutan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya