Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Myanmar

Serangan "Drone" Tewaskan Puluhan Warga Rohingya

Foto : AFP

Serangan “Drone” l ­Seorang pengungsi warga Rohingya terduduk bersedih dekat jasad kerabatnya yang tewas akibat kapal yang mereka tumpangi tenggelam di Sungai Naf di perbatasan Myanmar-Bangladesh pada 6 Agustus lalu. Kapal pembawa pengungsi Rohingya dilaporkan tenggelam setelah ada serangan drone sehari sebelumnya.

A   A   A   Pengaturan Font

BANGKOK - Serangan pesawat tak berawak (drone) terhadap warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar, telah menewaskan puluhan orang, termasuk keluarga dengan anak-anak, kata beberapa saksi mata seraya menyatakan bahwa orang-orang yang selamat berkeliaran di antara tumpukan mayat untuk mengidentifikasi kerabat mereka yang tewas dan terluka.

Empat saksi, aktivis, dan seorang diplomat, menggambarkan serangandroneyang terjadi pada 5 Agustus lalu telah menewaskan banyak keluarga yang menunggu untuk melintasi perbatasan ke negara tetangga Bangladesh.

Seorang perempuan hamil tua dan putrinya yang berusia dua tahun termasuk di antara korban dalam serangan paling mematikan terhadap warga sipil di Negara Bagian Rakhine tersebut selama beberapa pekan terakhir pertempuran antara pasukan junta dan pemberontak.

Tiga saksi mengatakan pada Jumat (9/8) lalu bahwa Tentara Arakan bertanggung jawab namun tuduhan itu dibantah oleh kelompok tersebut. Milisi dan militer Myanmar saling menyalahkan atas serangan itu.

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan tumpukan jasad bergelimpangan di tanah berlumpur, dan koper dan ransel berserakan. Tiga orang yang selamat mengatakan lebih dari 200 orang tewas, sementara seorang saksi mata setelah kejadian tersebut mengatakan dia telah melihat sedikitnya 70 mayat. Rekaman video itu diperkirakan diambil di luar kota pesisir Maungdaw di Myanmar.

Seorang saksi, Mohammed Eleyas, 35 tahun, mengatakan istrinya yang sedang hamil dan putrinya yang berusia dua tahun terluka dalam serangan itu dan kemudian meninggal. "Saya mendengar suara ledakan yang memekakkan telinga beberapa kali," kata Eleyas.

Saksi kedua, Shamsuddin, 28 tahun, mengatakan dia selamat bersama istri dan putranya yang baru lahir. Ketika berbicara dari sebuah kamp pengungsi di Bangladesh, Shamsuddin mengatakan bahwa setelah serangan itu banyak yang tewas dan beberapa orang berteriak kesakitan karena luka-luka mereka.

Dalam serangandronepada 5 Agustus itu, perahu-perahu yang membawa warga Rohingya yang melarikan diri juga tenggelam di Sungai Naf yang memisahkan kedua negara, menewaskan puluhan orang lainnya, menurut dua saksi mata dan media Bangladesh.

LSM Medecins Sans Frontieres mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa organisasi bantuan mereka telah merawat 39 orang yang menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh sejak 3 Agustus karena cedera terkait kekerasan, termasuk luka akibat tembakan mortir dan luka tembak. Pasien menggambarkan melihat orang-orang di bom ketika mencoba mencari perahu untuk menyeberangi sungai, kata pernyataan itu.

Juru bicara Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan bahwa badan tersebut mengetahui kematian para pengungsi akibat tenggelamnya dua kapal di Teluk Benggala dan telah mendengar laporan mengenai kematian warga sipil di Maungdaw, namun mereka tidak dapat memastikan kebenarannya.

Dubes Kanada untuk PBB yang sebelumnya merupakan utusan khusus untuk Myanmar, Bob Rae, lewat postingan di media sosialXpada 7 Agustus lalu menulis; "Laporan mengenai ratusan orang Rohingya yang terbunuh di perbatasan Bangladesh/Myanmar, dengan menyesal saya katakan, adalah akurat,". ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top