
Sentimen The Fed Masih Dominan Rabu (5/2)
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan masih rawan kembali melemah, mengingat penguatan kemarin bukan dipengaruhi faktor fundamental. Sentimen utama yang mempengaruhi rupiah adalah dinamika perekonomian dan moneter di Amerika Serikat (AS).
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin melihat investor fokus terhadap kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) yang masih ketat. Terlebih lagi, data ketenagakerjaan Amerika akan dirilis akhir pekan ini akan menjadi petunjuk baru bagi arah suku bunga.
Karenanya, Nanang memproyeksikan kurs rupiah terhadap dolkar AS dalm perdagangan di pasar uang antarbank, Rabu (5/2), bergerak di kisaran 16.300 – 16.400 rupiah per dollar AS.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan, Selasa (4/2) sore, di Jakarta menguat hingga 97 poin atau 0,59 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.351 rupiah per dollar AS.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menyatakan penguatan nilai tukar rupiah dipengaruhi penundaan rencana Presiden AS, Donald Trump memberlakukan kebijakan tarif perdagangan terhadap Kanada dan Meksiko.
“Namun, kenaikan mata uang regional terbatas, mengingat tarif 10 persen Trump terhadap Tiongkok masih akan berlaku di kemudian hari,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Berita Trending
- 1 Kepala Otorita IKN Pastikan Anggaran untuk IKN Tidak Dipangkas, tapi Akan Lapor Menkeu
- 2 Masyarakat Bisa Sedikit Lega, Wamentan Jamin Stok daging untuk Ramadan dan Lebaran aman
- 3 SPMB Harus Lebih Fleksibel daripada PPDB
- 4 Polemik Pagar Laut, DPR akan Panggil KKP
- 5 Peningkatan PDB Per Kapita Hanya Dinikmati Sebagian Kecil Kelompok Ekonomi