Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 07 Sep 2024, 06:10 WIB

Semerbak Sejuta Krisan di Dusun Clapar

Foto: antara/ Harviyan Perdana Putra

Bandungan dikenal sebagai penghasil bunga dan sayuran di Jawa Tengah. Untuk menikmati indah dan wanginya bunga krisan yang bermekaran, Dusun Clapar merupakan pilihan salah satu pilihan terbaik.

Masyarakat Jawa Tengah dan wilayah Semarang khususnya, sudah lama mengenal Bandungan yang memiliki hawa sejuk seperti Bandung. Kecamatan ini dikenal memiliki hawa sejuk dan juga menawarkan pemandangan indah sehingga banyak orang datang untuk menikmatinya.

Berada di kaki Gunung Ungaran, Bandungan berada pada ketinggian rata-rata sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Titik tertinggi di kecamatan ini berada pada ketinggian 1.450 mdpl seperti laporan yang dihimpun dari laman Repository Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Wilayah yang berjarak 16 kilometer dari Semarang ini kini berstatus kecamatan yang dibentuk pada 2007 sebagai pemekaran yang mengambil sebagian wilayah Kecamatan Ambarawa, Jambu, dan Bawen. Namanya wilayah yang berada di punggung selatan Gunung Ungaran diambil dari kata "bendungan".

Menurut cerita yang berkembang dahulu hidup pasangan suami istri Kyai Sanggem dan Nyai Sanggem. Kedua pasutri tersebut bersemedi dan memperoleh wangsit untuk mencari sumur di lereng Gunung Ungaran guna memperoleh keturunan.

Setelah memperoleh keturunan, Kyai Sanggem mendapatkan wangsit kembali untuk menutup sumur tersebut agar tidak terjadi bencana bagi desa dibawahnya dengan konsekuensi tidak ada mata air lagi di desanya. Kemudian Kyai Sanggem menutup (membendung) sumur tersebut dengan gong. Desa tersebut kemudian terkenal dengan nama Bandungan. Makam ke dua pasutri tersebut kini bisa ditemukan di belakang kantor kecamatan bandungan.

Kecamatan yang berjarak sekitar 16 kilometer dari Ungaran, ibu kota Kabupaten Semarang, sudah ada sejak zaman Belanda. Kala itu lama digunakan sebagai tempat peristirahatan di wisata pegunungan. Lahan di tempat ini dari dulu hingga sekarang dikenal sebagai pusat budidaya tanaman bunga, selain sayuran, dan buah-buahan.

Namun pada masa pandemi Covid-19, geliat wisata Bandungan seakan layu karena walau banyak kebun bunga ditanami namun minim jumlah pengunjung. Penurunan kunjungan menjadikan masyarakat enggan menanam bunga terutama krisan yang menjadi salah satu daya tarik orang untuk datang ke Bandungan. Padahal sebelum pandemi melanda, Bandungan dan dua kecamatan lain yaitu Sumowono dan Ambarawa menjadi pusat budidaya bunga ini.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah, Kabupaten Semarang menjadi penyumbang terbesar produksi bunga krisan. Pada 2017 luas lahan di sini mencapai 1.874.800 meter persegi dengan produksi 143.619.600 tangkai, jauh di atas Kabupaten Wonosobo dengan luas hanya 46.350 meter persegi dan produksi 1.102.810 tangkai.

Produksi bunga krisan tersebar di tiga kecamatan yaitu Bandungan, Sumowono, dan Ambarawa. Dari ketiganya, Bandungan memiliki luas lahan 1.608.100 meter pesegi dengan produksi 123.515.870 tangkai, di urutan kedua Sumowono dengan luas 270.000 meter persegi dan produksi 14.659.500 tangkai.

Pandemi membuat ekonomi masyarakat Dusun Clapar, Desa Duren, dan Desa Jetis yang ekonominya dari tanaman bunga krisan, terkena dampaknya. Padahal pendapatan masyarakat dari bunga krisan belum lama dinikmati karena Kampung Krisan Clapar baru dibuka pada 6 November 2016.

Mereka menelantarkan lahannya karena sedikitnya pengunjung yang datang untuk melihat dan membeli bunga yang memiliki penampilan cantik ini. Pascapandemi, kedua desa kini telah bangkit. Dusun Clapar dan Desa Duren di Kecamatan Bandungan misalnya telah mengembangakan kembali Wisata Kampung Krisan Clapar untuk menarik wisatawan ke desa itu.

Sesuai namanya, kampung ini memang membudidayakan berbagai varietas bunga krisan. Bunga dengan nama ilmiah Chrysanthemum spp dikenal dengan nama lain seruni, teluki, atau krisantemum. Tanaman ini merupakan tumbuhan berbunga yang sering dibudidayakan sebagai tanaman hias pekarangan atau bunga petik.

Tumbuhan berbunga ini memiliki berbagai warna yang menarik. Di Wisata Kampung Krisan Clapar, kebun bunga krisan ditanami oleh Kelompok Tani Gemah Ripah serta karang taruna setempat untuk melayani para pengunjung dengan mengantarkan menuju greenhouse berisi bunga krisan yang sedang mekar.

"Greenhouse" Sederhana

Wisata Kampung Krisan Clapar membudidayakan sekitar 20 spesies krisan. Warna-warni dan wanginya bunga yang ditanam warga desa menjadi daya tarik pengunjung untuk berfoto bersamanya. Selain itu pengunjung dapat membawa bunga ini sebagai oleh-oleh dalam bentuk bunga potong.

Untuk melihat keindahan bunga krisan yang berwarna-warni, pada hari biasa antara Senin hingga Kamis, wisatawan hanya perlu membayar tiket sebesar 10.000 rupiah. Harga ini tetap sama pada akhir pekan Sabtu dan Minggu dan juga hari libur.

Setelah membayar tiket masuk, terdapat papan penunjuk arah yang tertata rapi mulai dari area parkir, loket tiket, sampai jalan masuk. Dengan penanda tersebut, pengunjung tidak akan bingung saat berada di dalam lokasi perkebunan krisan yang luas.

Saat ini Wisata Kampung Krisan Clapar selalu ramai dikunjungi oleh banyak wisatawan terutama saat hari libur. Wisatawan domestik juga mancanegara banyak yang datang ke sini untuk melihat kebun bunga dengan latar belakang panorama alam pegunungan.

Wisata Kampung Krisan Clapar memiliki area perkebunan krisan seluas 7 hektare. Ada berbagai warna bunga yang bisa dilihat seperti kuning, ungu, putih, merah jambu, oranye, dan warna perpaduan putih dan ungu, serta merah kuning.

Bunga krisan di Dusun Clapar umumnya ditanam di greenhouse sederhana yang berjumlah kurang lebih sekitar 180 buah. Meski bangunannya cukup sederhana dengan tiang penyangga dari bambu, namun tidak mengurangi keindahan bunga-bunga yang ditanam di dalamnya.

Saat di Wisata Kampung Krisan Clapar tidak perlu khawatir tidak akan kebagian saat mekarnya bunga krisan, karena setiap tanaman memiliki waktu mekar dan waktu panen berbeda akibat perbedaan waktu penanaman.

Di tempat wisata tersebut pengunjung bisa selfie dengan latar belakang hamparan bunga krisan yang bermekaran. Di sini pengunjung dengan angle seolah tenggelam di hamparan bunga atau berfoto di berbagai tempat dengan bunga-bunga krisan yang berbeda.

Selain melihat bunga krisan yang sedang bermekaran juga dapat menjumpai petani yang memulai masa tanam atau bunga krisan yang belum berbunga. Di samping itu juga bisa melihat pemanenan bunga krisan untuk dijual ke kota, untuk ditempatkan vas bunga atau dekorasi acara.

Yang lebih menarik lagi pengunjung dapat memilih dan memetik sendiri bunga yang ditanam petani. Harga per batang bunga dikenakan harga 2.500 rupiah. Agar terlindungi atau tidak rusak selama perjalanan, setiap bunga kemudian dibungkus oleh pihak pengelola.

Yang perlu diingat di sini diberlakukan siapa yang merusak bunga artinya membeli. Oleh karena perlu menjaga perilaku saat mengeksplorasi Wisata Kampung Krisan Clapar agar tidak merusak bunga petani karena dari sini mereka menggantungkan hidupnya. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.