Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Kebutuhan Pokok I FAO Catat Kenaikan Tertinggi Mei lalu Dalam Satu Dekade

Selama Korupsi Impor Pangan Berjalan, Mustahil RI bisa Membangun Pertanian Mandiri

Foto : ANTARA/BASRI MARZUKI

SIAPKAN LAHAN I Petani menyiapkan lahan dan bibit padi di Desa Pewunu, Sigi, Sulawesi Tengah, belum lama ini. Petani padi sering kali dirugikan dengan kebijakan pemerintah yang mengimpor beras di saat panen. Selama korupsi impor pangan masih berjalan, mustahil Indonesia bisa membangun pertaniannya secara mandiri.

A   A   A   Pengaturan Font

Indeks harga sereal FAO meningkat 6,0 persen dari April, dipimpin oleh harga jagung internasional, yang rata-rata naik 89,9 persen di atas nilai tahun sebelumnya. Namun, harga jagung mulai melemah pada akhir Mei, terutama karena prospek produksi yang membaik di Amerika Serikat (AS). Harga gandum internasional juga menunjukkan penurunan akhir bulan tetapi rata-rata 6,8 persen lebih tinggi di Mei daripada di bulan April, sementara harga beras internasional tetap stabil.

Selain itu, indeks harga minyak nabati FAO naik 7,8 persen pada Mei, dipicu kenaikan harga minyak sawit, kedelai dan lobak. Harga minyak sawit naik karena pertumbuhan produksi yang lambat di negara-negara Asia Tenggara, sementara prospek permintaan global yang kuat, terutama dari sektor biodiesel yang ikut mendorong harga minyak kedelai lebih tinggi.

FAO juga merilis indeks harga gula yang meningkat 6,8 persen dari April, sebagian besar karena penundaan panen dan kekhawatiran atas berkurangnya hasil panen di Brasil, pengekspor gula terbesar dunia.

Begitu pula dengan indeks harga daging FAO yang meningkat 2,2 persen dari April, dengan kuotasi untuk semua jenis daging meningkat karena laju pembelian impor yang lebih cepat oleh Tiongkok, serta meningkatnya permintaan internal untuk daging unggas dan babi di daerah penghasil utama.

Sedangkan, indeks harga produk susu FAO naik 1,8 persen dalam sebulan, rata-rata 28 persen dari tahun lalu. Peningkatan itu karena permintaan impor yang kuat untuk skim dan susu bubuk utuh, sementara harga mentega turun pertama kalinya dalam hampir setahun karena peningkatan pasokan ekspor dari Selandia Baru.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top