Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
gagasan

Sejarah (dan Mitos) Kemerdekaan

Foto : koran jakarta/ ones
A   A   A   Pengaturan Font

Jangan terburu nafsu dalam mencapai sesuatu. Semua ada waktunya. Begitulah makna yang tersirat. Tatkala bertandang di Saingon, Soekarno mengakui telah merencanakan seluruh pekerjaan (proklamasi) dijalankan tanggal 17. Tokoh yang piawai berpidato ini secara blak-blakan mengakui percaya mistik. Dia sulit menerangkan dengan akal sehat angka 17 lebih memberi harapan padanya. Dua hari lagi merupakan saat yang baik. Angka 17 dipercaya sebagai keramat dan "suci". Lagi pula, detik itu memasuki bulan Ramadan, waktu semua berpuasa alias prihatin.

Dengan tegas Soekarno menambahkan, hari ini adalah Jumat Legi. Diyakininya sebagai Jumat yang berbahagia dan tanggal 17. Soal ini sebagai bentuk gotak-gatuk matuk. Akan tetapi, memakai pendekatan psikohistoris, peristiwa yang diriwayatkan oleh Mohamad Roem tadi dapat dipahami sebagai potret kejiwaan Soekarno.

Bung Karno memang dikenal sebagai orang yang suka unsur mistik. Dalam konteks kepribadian, hal tersebut menjadi unsur internal yang kuat mendorongnya memutuskan dan bertindak. Ini tentu, di luar unsur eksternal seperti situasi politik yang mendesaknya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Menjadi menarik pula ditafsirkan, di luar faktor semangat kaum pemuda yang besar, ternyata Soekarno masih mempertimbangkan pula faktor irasional yang perlu diikuti dan dipertahankan. Masyarakat memang terpukau dengan kehebatan Soekarno yang dijuluki singa podium. Soekarno-Hatta maju membaca teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan suara rendah, perlahan dan khidmat. Persis ketika proklamasi diucapkan, pengeras suara rusak.

Padahal, panitia sudah mencoba berkali-kali. Hasilnya cukup memuaskan. Setelah diselidiki, terdapat kabel rusak lantaran terinjak massa. Majalah Intisari (1970) menurunkan goresan pena Bu Tri berjudul Tiga Hari Sekitar 17 Agustus 1945. Artikel itu melukiskan peristiwa akbar ini berlangsung sebentar dan sederhana, tanpa diguyur kemewahan. Selepas proklamasi dibacakan, airmata membasahi pipi beberapa orang. Hati diselimuti rasa gembira dan haru.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top