Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
gagasan

Sejarah (dan Mitos) Kemerdekaan

Foto : koran jakarta/ ones
A   A   A   Pengaturan Font

Dalam pemahaman lebih khusus, tujuan kemerdekaan membentuk negara yang adil makmur. Keadilan dan kemakmuran sebenarnya sudah termuat secara imperatif dalam pengertian negara. Histori seputar kemerdekaan Indonesia memuat penggal mitos yang menarik untuk ditelaah. Contoh, perwujudan kemerdekaan dalam catatan ahli politik John D Legge (1985) telah diramalkan Soekarno dalam pidato radio tanggal 8 Agustus 1945.

Sebagai orang yang diasuh dalam kultur Jawa, Bapak Bangsa ini merujuk ramalan Joyoboyo yang tersimpan dalam memori kolektif, yakni sebelum jagung berbuah, Indonesia sudah merdeka. Terbukti, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945. Penjajah yang mula-mula mengaku "saudara tua" ini, harus rela melepas kekuasaan atas koloni. Tua-Muda Ada mitos lain yang memasuki wilayah seputar penentuan hari proklamasi yang sayup-sayup terdengar.

Kisahnya bermula muncul silang pendapat antara kaum sepuh dan pemuda. Rombongan pemuda ngotot supaya tanggal 16 Agustus 1945 memproklamasikan kemerdekaan. Sementara itu, pemimpin golongan tua masih butuh rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Padahal, Sjahrir di Jakarta telah menyiapkan naskah proklamasi. Dengan perkiraan proklamasi bakal dihelat pada 15 Agustus 1945, lantas naskah yang dibuatnya disebar ke anggota gerakan di berbagai kota.

Namun, pada tanggal itu ternyata tiada proklamasi. Walhasil, Sjahrir terpaksa memberitahu "gerombolannya" bahwa proklamasi belum ditunaikan. Celakanya, Dr Soedarsono yang berada di daerah Cirebon gagal dikontak. Sampai di sini, terbit kelucuan. Dr Soedarsono telanjur menggelar proklamasi kemerdekaan di Cirebon alias membacakan naskah dari Sjahrir tersebut. Buahnya, dia diuber-uber Kenpeitai karena bertindak tak mengenakkan di mata Jepang.

Hingga kini, hidup humor di jagat sejarawan bahwa Cirebon merdeka lebih dulu dari wilayah lain. Mohamad Roem (1970) menyinggung pilihan angka "17" oleh Soekarno. Dia menuliskan perdebatan seru Soekarno dengan Wikana alasan penetapan tanggal 17, bukan 16. Menurut Soekarno, terpenting dalam peperangan dan revolusi saat yang tepat. Aja nggege mangsa, demikian pitutur manusia Jawa klasik manakala menasihati orang supaya tidak mendului waktu.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top