Sebelum Berhenti Permanen, Fungsi PLTU Harus Digeser dari "Baseload"
FABBY TUMIWA Direktur Eksekutif IESR - Langkah ini perlu dilengkapi dengan pengoperasian PLTU yang lebih fleksibel untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan.
JAKARTA - Lembaga pemerhati energi, Institute for Essential Services Reform (IESR), menyarankan modifikasi (retrofit) PLTU batu bara agar bisa dioperasikan secara fleksibel. Hal itu karena pertumbuhan kebutuhan listrik tidak sebesar proyeksi yang menyebabkan pasokan listrik berlebihan.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (16/6), mengatakan modifikasi akan menggeser peran PLTU yang semula berfungsi murni sebagai pembangkit beban dasar atau baseload menjadi dapat menyesuaikan keluaran pembangkitnya mengikuti intermitensi energi terbarukan sehingga membantu kestabilan jaringan listrik.
"Opsi ini dapat diterapkan sebelum akhirnya PLTU dihentikan secara permanen," kata Fabby.
Apabila pasokan energi terbarukan dapat memenuhi permintaan dan intermitensi melalui interkoneksi jaringan listrik, manajemen permintaan listrik melalui mekanisme pasar, dan penyimpan energi alternatif, PLTU fleksibel dapat dihentikan.
Berdasarkan kajian IESR, agar sistem kelistrikan Indonesia selaras dengan target Paris Agreement maka pada 2030 sekitar 47 persen energi listrik di Indonesia harus berasal dari pembangkit energi terbarukan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya