Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Katalis Pertumbuhan

Saran Pejabat BI yang Dorong Masyarakat Konsumtif Dinilai Keliru

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Deflasi yang berturut-turut lima bulan terakhir jangan dijadikan alasan pembenaran petinggi Bank Indonesia (BI) untuk meminta masyarakat lebih konsumtif. Bank sentral seharusnya tidak menyampaikan advise yang keliru dengan mengajak masyarakat untuk melakukan kegiatan yang konsumtif, bukan produktif.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, mengatakan yang tepat adalah mengajak masyarakat agar lebih produktif, bukan konsumtif. "Kalau lebih didorong untuk kegiatan produktif maka akan bisa menciptakan lapangan kerja dan bisa menaikkan pendapatan masyarakat," tegas Esther. Guru Besar Fakultas Bisnis dan Ekonomi (FBE) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Aloysius Gunadi Brata, mengatakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi memang adalah konsumsi masyarakat.

"Namun, perlu ada catatan bila demi menjaga pertumbuhan ekonomi lantas masyarakat diminta untuk lebih konsumtif, ini advise yang buruk," kata Aloysius. Melambatnya konsumsi masyarakat tidaklah semata- mata karena masyarakat malas belanja atau menahan konsumsinya.

Hal itu mungkin karena daya belinya memang bermasalah, anjlok, sehingga tidak realistis untuk mendorong kenaikan belanja masyarakat tanpa upaya meningkatkan daya belinya. "Duit gak ada kok diminta belanja," tandas Aloysius. Dalam jangka panjang, terlebih demi memperkuat daya tahan ekonomi nasional, seharusnya yang didorong adalah aktivitas produktif, seperti memulihkan industri nasional.

Tumbuhnya aktivitas seperti itulah yang lebih mampu memulihkan daya beli masyarakat secara keseluruhan, melalui penciptaan lapangan kerja dan penghasilan. "Dengan kata lain, yang perlu lebih didorong secara serius untuk lebih banyak belanja harusnya bukan masyarakat konsumen, tetapi para pemilik kapital dalam bentuk belanja yang produktif," kata Aloysius.

Gejolak Global

Sebelumnya, Manajer Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Farisan Aufar, meyakini perekonomian tetap menunjukkan ketahanan meski sedang terjadi gejolak secara global. Dia mencontohkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih 5,08 persen pada semester I tahun ini.

Farisan pun optimistis pertumbuhan ekonomi akan tetap bisa mencapai di atas 5 persen hingga akhir tahun ini, terutama didukung inflasi yang tetap terjaga stabil. Dia menjelaskan bahwa BI akan menjaga inflasi dengan terus melakukan operasi moneter.

Farisan juga mengatakan kalau masyarakat juga bisa turut membantu agar target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen bisa tercapai. Salah satu caranya dengan banyak belanja. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia itu di-drive konsumsi rumah tangga. Jadi, kami harap teman-teman lebih banyak spending (belanja) karena spending is helping (belanja membantu) di ekonomi," kata Farisan seperti yang ditayangkan kanal YouTube BI.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top