Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Saracen, Anomali Berdemokrasi

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Oleh Ach Fadil

Terbongkar dan mencuatnya kasus sindikat Saracen beberapa waktu lalu, tak lebih sebagai anomali dalam demokrasi. Ini suatu penyimpangan karena tidak sejalan dengan ritme keadaban sebagai harapan dari sistem yang cikal-bakalnya berasal dari Yunani tersebut.

Menurut aparat kepolisian, dari sindikat Saracen itu, bahasa-bahasa beraroma hate speech, intoleransi, rasialisme, sektarianisme, dan bahkan dusta atau hoaks (hoax) dimunculkan sebagai komoditas yang dikelola secara terorganisir, sistematis, dan masif. Ini diorkestrasikan di jejaring media sosial, utamanya Facebook.

Saracen sebagai produk hoaks, alih-alih dianggap sebagai alarm berbahaya bagi negeri, seorang akademikus, Rocky Gerung, melalui mimbar Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne yang mengangkat tema Halal-Haram Saracen belum lama ini, justru menganggap hoaks sebagai sesuatu yang seolah "absah". Persisnya, hoaks, menurut Rocky, harus dibaca sebagai gejala penyeimbang (balancing) atas dominasi dan determinasi informasi dari pemerintah.

Untuk memperkuat argumentasinya, Rocky menyitir kisah Alan Sokal, seorang saintis bidang fisika di New York University. Dia bereksperimen dengan sengaja membuat makalah hoaks "ilmiah" dan dimuat di jurnal studi budaya Social Text pada tahun 1996.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top