Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sanksi Sosial dalam Arus Digitalisasi

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Sejak silam, di wilayah perdesaan, sanksi sosial merupakan momok. Dicetuskannya sanksi sosial memaksa mereka membedakan kewajiban dan larangan. Tampaknya cemooh dan gunjingan lebih dikhawatirkan ketimbang risiko gizi buruk. Tak heran, orang desa rela merendahkan diri untuk memperoleh pinjaman uang demi menghadiri pesta perkawinan. Hal yang mungkin sukar dijumpai ketika seseorang ingin membeli susu atau buah-buahan, misalnya.

Begitu pula dengan respons musibah. Orang desa begitu sigap menghadapi kematian. Rasanya tak ada yang mengalahkan kegesitan mereka saat menangani orang mati. Mereka memegang teguh filosofi, penguburan cepat langkah terbaik bagi jenazah. Mereka percaya, tindakan demikian dapat menghindarkan roh dari segala bentuk penyiksaan. Sebagaimana semasa hidup, orang mati juga merasakan perhatian lebih atau tidak.

Dalam taraf tertentu, kematian diratapi namun juga ditanggapi dengan hikmat dan bijak. Di balik kesedihan tersimpan geliat berdesa. Di sinilah modal sosial begitu tampak dalam aktivitas warga. Kebersamaan dan gotong-royong menyertai kehidupan bermasyarakat. Ucapan bela sungkawa tidak mesti diwujudkan dengan sekadar menampakkan kesedihan, namun juga gairah toleransi. Ketika salah seorang di antara mereka meninggal, tetangga serta kerabat segera merawat dan mengubur.

Revitalisasi

Seiring dengan semakin derasnya arus digitalisasi hingga perdesaan, dibutuhkan revitalisasi modal sosial yang memang sangat penting dalam proses pendewasaan manusia dan transformasi sosial. Pengalaman berbagai negara menunjukkan kuatnya keterkaitan antara modal sosial dan potensi terbangunnya masyarakat mandiri. Modal sosial juga berhubungan erat dengan semangat kebersamaan suatu bangsa.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top