
Sagu, Pangan Alternatif untuk Mengurangi Impor
Sagu
Foto: IstimewaJAKARTA- Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian menilai bahwa sagu dapat menjadi bagian penting dalam upaya mengurangi ketergantungan impor, melalui diversifikasi bahan pangan
"Sagu merupakan sumber pangan yang menjadi bagian penting dalam upaya mengurangi ketergantungan impor melalui diversifikasi bahan pangan. Sagu juga bermanfaat sebagai bahan baku industri serta potensial sebagai sumber devisa," ujar Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdalifah Machmud dalam diskusi bertajuk "Quo Vadis Industri Sagu Indonesia?," di Jakarta, Kamis (10/12).
Kini, lanjut dia, juga telah banyak bentuk produk turunan dari sagu seperti glukosa yang dihasilkan melalui pemanfaatan pati dan dapat dijadikan etanol dan fruktosa dalam industri makanan dan minuman.
"Sagu juga saat ini bisa dimanfaatkan menjadi dekstrin, yang umum digunakan untuk industri kayu, kosmetik, farmasi, dan pestisida," paparnya.
Kendati demikian, ia mengakui pemanfaatan sagu di dalam negeri masih minim sehingga perlu upaya lebih untuk mengolah yang akhirnya dapat mencukupi kebutuhan industri.
"Persentase yang dimanfaatkan sampai dengan saat ini baru 2,5 persen," ucapnya.
Menurut dia, infrastruktur menjadi salah satu yang menjadi kendala dalam mengembangkan industri pengolahan sagu. Hal itu dikarenakan sebagian besar pohon sagu berada di wilayah hutan yang masih sulit diakses, baik dengan jalan darat maupun sungai.
"Kondisi itu membuat biaya logistik bisa mencapai lebih dari 30 persen dari biaya produksi," ucapnya.
Kementerian PUPR, lanjut dia, telah mendukung pembangunan infrastruktur untuk pengembangan kawasan produk sagu melalui fasilitasi pembangunan akses jalan produksi, pelabuhan, dan sarana logistik yang berkolaborasi dengan kementerian atau lembaga terkait, pemda, swasta, serta masyarakat.
Dalam rangka memastikan keberlanjutan industri sagu, Musdalifah berharap kementerian terkait dapat memberikan dukungan kebijakan subsidi impor dan pengembangan ekspor, serta dukungan insentif investasi dan pajak kepada swasta yang telah membangun industri.
"Hingga saat ini sebagian besar pelaku usaha masih berjuang menghadapi tantangan agar dapat mencapai imbal hasil yang memadai terutama untuk pengembalian modal," katanya.
Ia mengatakan besarnya potensi yang dimiliki sagu perlu didukung dengan fasilitas yang memadai agar memiliki daya saing yang handal di pasar domestik maupun global.
"Oleh karenanya perlu peran serta dan keberpihakan dari semua pihak stakeholder, dan kita perlu menjalin kerja sama yang solid dan komprehensif agar dapat mendorong pembangunan sagu menjadi komoditas unggulan, baik domestik maupun ekspor," katanya.bud/E-9
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cegah Tawuran dan Perang Sarung, Satpol PP Surabaya Gencarkan Patroli di Bulan Ramadan
- 2 AWS Dorong Inovasi Melalui Pendidikan Berbasis STEAM
- 3 Persija Jakarta Kini Fokus Laga Lawan PSM Makassar
- 4 Harimau Memangsa Hewan Ternak Warga Mukomuko Bengkulu
- 5 Penemuan Fosil Purba di Tiongkok Mengubah Sejarah Evolusi Burung
Berita Terkini
-
Presiden Prabowo Minta Harga Sembako Diturunkan, Harus Lebih Rendah daripada Ramadan Tahun Lalu
-
MK Bakal Putuskan 40 Perkara Sengketa Pilkada pada Senin Depan
-
Yusril Sebut Efisiensi Anggaran Dilakukan karena 30 Persen APBD Bocor dan Tidak Dapat Dipertanggungjawabkan
-
Pasukan Oranye Menanti Realisasi Janji Pram-Doel
-
Media Berperan Kunci saat Pemilu