
Rupiah Masih Tertekan Jelang Akhir Pekan (28/2)
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melanjutkan pelemahannya, jelang akhir pekan. Pergerakan rupiah masih dipengaruhi penguatan dollar AS dikarenakan ketidakpastian perang dagang, sementara dari domestik, investor cenderung wait and see kebijakan baru pemerintah.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat rupiah masih dalam tekanan hingga ada kebijakan lebih jelas, baik dari sisi global maupun domestik. Karenanya, Josua memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (28/2), melemah ke arah 16.500 rupiah per dollar AS.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada penutupan perdagangan, Kamis (27/2) sore, di Jakarta melemah hingga 74 poin atau 0,45 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.454 rupiah per dollar AS.
“Pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi sikap Federal Reserve (The Fed) yang merasa tidak perlu lagi menurunkan suku bunga acuan,” ujar Analis Bank Woori Saudara Rully Nova di Jakarta.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh The Fed karena sudah cukup puas dengan kondisi tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
Ke depan, fokus The Fed adalah penurunan inflasi sesuai target 2 persen. Ini berarti The Fed takkan terburu-buru menurunkan suku bunga karena target inflasi masih jauh dari sasaran.
Meninjau kondisi domestik, volatilitas transaksi di bursa efek yang masih berlanjut memberatkan pergerakan kurs rupiah. “Volatilitas di bursa efek terutama disebabkan oleh saham bank dampak dari keputusan BI (Bank Indonesia) yang masih menahan suku bunga tinggi dalam waktu lama,” ujar Rully.
Berita Trending
- 1 Milan dan Bologna Berebut Posisi Empat Besar
- 2 Bangun Infrastruktur yang Mendorong Transformasi Ekonomi
- 3 Guterres: Pengaturan Keamanan Global "Berantakan"
- 4 Sinopsis Film Iblis Dalam Kandungan 2: Deception Tayang 27 Februari
- 5 Harga Cabai Makin Pedas Saja Jelang Ramadan, Pemerintah Harus Segera Intervensi Pasar Biar Masyarakat Tak Terbebani