Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Potensi Energi Terbarukan I Indonesia Memiliki Energi Surya yang Berlimpah

RI Tertinggal Jauh dalam Memanfaatkan Energi Bersih

Foto : Sumber:Kemen ESDM - KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

» Biaya pengobatan untuk penyakit ISPA terus membengkak.

JAKARTA - Negara di bagian utara dan selatan garis khatulistiwa bakal "tertawa" melihat Indonesia. Dengan posisi yang strategis, berada di garis khatulistiwa yang berlimpah sinar matahari sepanjang tahun, Indonesia malah mengimpor energi matahari. Selain itu, negara kecil seperti Singapura yang hanya menjadi broker, malah makin kaya raya karena kepasifan dan ketidakpedulian Indonesia terhadap Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Australia pada Rabu (21/9) telah memberikan lampu hijau untuk proyek energi senilai 20 miliar dolar Australia atau sekitar 13,5 miliar dolar AS, untuk dipasok ke Singapura melalui kabel bawah laut sepanjang 4.300 kilometer (2.672 mil) dari ladang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) raksasa di utara negara itu. Tidak mustahil, suatu saat Indonesia akan membeli EBT dari Australia karena Indonesia tidak segera mulai membangun EBT, terutama yang bersumber dari sinar matahari.

Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, mengatakan jika RI benar-benar mengimpor energi surya dari Australia itu sangat keterlaluan, sebab Indonesia menyimpan potensi energi surya yang melimpah. Bisa disebut, Indonesia sebagai ladang energi baru terbarukan. Fenomena itu, menurut Awan, menunjukkan Indonesia tertinggal jauh dalam mengoptimalkan energi bersih. Padahal jika selangkah lebih cepat dari Australia, Singapura tidak perlu jauh-jauh mengimpor energi surya dari Australia, cukup dari Indonesia saja.

"Ini ironis. Masih mikirnya fosil, ributnya kelola tambang batu bara. Semestinya peluang tersebut dimanfaatkan," tegas Awan. Menurut dia, jika pemerintah benarbenar memiliki good will terkait energi bersih atau dekarbonisasi, izin yang diberikan kepada ormas keagamaan itu bukan izin usaha pertambangan atau energi kotor, tetapi energi bersih. Tetapi ini tidak, masih ribut-ribut soal energi kotor, padahal dunia sudah meninggalkan itu.

"Artinya, kita benar-benar tertinggal sehingga investasi EBT melambat dan target bauran energi sulit tercapai," paparnya. Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan sebagai negara pesisir dan terletak di bawah khatulistiwa, seharusnya Indonesia memanfaatkan potensi sinar matahari yang melimpah sebagai sumber energi alternatif. "Cepat atau lambat peralihan ke energi terbarukan akan terjadi karena suatu saat energi fosil pasti akan habis, tidak mungkin mengarapkannya terus-menerus.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Eko S
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top