Rektor Ukrida Sebut Tahun 2023 Momentum Pemulihan Ekonomi
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ukrida, Bernard T. Widjaja dalam Ukrida National Conference (UNC) 2022 di Jakarta, Senin (12/12).
Foto: istimewaJAKARTA - Rektor Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), Wani Devita Gunardi menyatakan tahun 2023 merupakan momentum pemulihan ekonomi. Menurutnya, hal tersebut ditandai dengan normalisasi kegiatan masyarakat.
"Tahun 2023 akan menjadi momentum pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi seiring dengan proses normalisasi kegiatan masyarakat," ujar Wani, dalam Ukrida National Conference (UNC) 2022 di Jakarta, Senin (12/12).
Dijelaskannya, perekonomian dunia termasuk Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam akibat pandemi Covid-19. Tetapi di sisi lain kondisi tersebut menjadi "blessing in disguise" karena telah meningkatkan pemanfaatan ekonomi digital.
- Baca Juga: Menag: Guru adalah Obor Penyinar Kegelapan
- Baca Juga: Pelatihan robotika siswa
Dia menambahkan, di tengah pemulihan ekonomi tetap ada tantangan dari dinamika ekonomi global, serta ancaman krisis pangan dan energi. Dia memastikan Ukrida akan mendukung percepatan pemulihan ekonomi melalui kegiatan-kegiatan ilmiah.
"Melalui forum UNC muncul berbagai gagasan cemerlang sebagai kontribusi terhadap kebangkitan sektor bisnis Indonesia, dan ditindaklanjuti dengan mencermati peluang bisnis yang ada serta mengembangkannya," jelasnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ukrida, Bernard T. Widjaja mengungkapkan, bahwa tahun 2023 tetap ada peluang bagi Indonesia karena pertumbuhan ekonominya berada di atas 5 persen. Untuk mencapai hal tersebut perlu penerapan flexibility management, digitalisasi, dan kolaborasi.
"Diperlukan juga jiwa entrepreneur yang selalu mau memenangkan persaingan melalui peningkatan kreativitas," tambahnya.
Bernard mengatakan, Indonesia punya banyak modal ekonomi dalam menghadapi berbagai krisis. Beberapa di antaranya yaitu sektor UMKM, kekayaan alam, dan kekayaan budaya. "Kesemuanya itu akan menjadi peluang bagi bisnis Indonesia, karena kekayaan alam akan menghasilkan produk-produk untuk dipasarkan secara global," tandasnya.
Direktur Utama Pegadaian Indonesia, Damar Latri Setiawan, pihaknya harus melelang 12 ton emas atau senilai 9,6 triliun rupiah akibat pandemi. Saat ini pihaknya berupaya mengembalikan angka akibat emas tabungan yang terpaksa dilelang.
"Pascapandemi dilakukan upaya peningkatan kualitas pelayanan Pegadaian melalui digitalisasi proses bisnis dan berbagai langkah transformasi sebagai inovasi model pembiayaan," terangnya.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 4 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 5 Bayern Munich Siap Pertahankan Laju Tak Terkalahkan di BunĀdesliga