Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Rapor Merah Guru

Foto : Koran Jakarta/Ones
A   A   A   Pengaturan Font

Cara dan waktu siswa akan diuji sudah disampaikan di awal pembelajaran. Guru dan siswa dibatasi meteri tertentu yang diajarkan, mengingat keterbatasan waktu. Logikanya, andai siswa sudah menguasai suatu materi pelajaran, akan dapat menunjukkan hasil yang sama atau hampir sama saat diuji dengan cara dan waktu yang berbeda. Kenyataannya, tidak demikian. Mengapa?

Guru lebih menekankan pada proses pembelajaran-pengalaman, tahap demi tahap dan akhirnya menguasai keseluruhan materi pembelajaran. Tes menjadi bagian tak terpisahkan dari proses ini. Sementara itu, sebagian besar siswa menekankan pada hasil pembelajaran yang ditunjukkan dengan angka atau nilai. Para siswa tidak terlalu menginvestasikan perhatian pada proses pembelajaran.

Mereka baru mati-matian belajar ketika sepekan menjelang ujian. Murid akan belajar keras semalaman dan masih ditambah sebelum ujian di pagi hari. Dengan istilah sistem kebut semalam. Orientasi pada hasil akhir akan semakin intens menjelang ujian akhir sekolah atau ujian nasional. Tidaklah heran, kelas-kelas bimbingan belajar penuh. Mereka menyajikan kiat dan cara menjawab soal dengan tepat.

Mengapa pelamar pegawai dites tidak bisa menjawab soal dengan benar? Padahal materi tes sebenarnya sama dengan pelajaran di sekolah. Namun, materi pelajaran di sekolah segera terlupakan sewaktu keluar dari ruang ujian. Sebab tujuan murid hanya demi ujian, bukan penguasaan materi pelajaran.

Tak heran, begitu selesai ujian nasional hari terakhir, para pelajar berkonvoi keliling kota. Nanti setelah dinyatakan lulus, mereka kembali konvoi, kali ini ditambah dengan pakaian yang dicorat-coret, seakan menandai penderitaan sudah usai.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top