Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Puasa dan Spirit "Caring Society"

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Kemiskinan ini bersifat kolekstif sebagai akibat kolonialisme, monopoli, dan oligopoli. Sedangkan dari sudut makna baru dan kontekstual, memberi makan orang miskin berarti: memberi pendidikan, keterampilan, dan pelayanan kepada orang-orang miskin, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup mandiri.

Berbagai bentuk charity dinilai lebih tepat dan berdampak positif bagi penerima di masa mendatang daripada memberi makanan siap saji atau uang yang habis dalam waktu jangka pendek. Yang awalnya penerima tidak berpendidikan menjadi terdidik dan berilmu. Yang mulanya pengangguran dan meminta-minta, berkat sumbangan keterampilan mampu meningkatkan potensi atau skill untuk berwirausaha.

Berkaitan dengan itu, puasa seharusnya dapat menumbuhkan kepekaan dan solidaritas sosial. Artinya, perasaan lapar dan haus selama berpuasa dapat menimbulkan kesadaran individual tentang betapa perihnya penderitaan orang-orang miskin. Selain itu, ibadah puasa Ramadan yang dilaksanakan secara serentak, seharusnya mampu menumbuhkan kesadaran kolektif, kebersamaan untuk mengakhiri kelaparan dan kemiskinan.

Spirit caring society inilah yang perlu dikembangkan terus-menerus. Jika dipahami dalam perspektif ini, maka puasa akan mampu melahirkan revolusi sosial-moral yang membawa umat menuju kesejahteraan. Tetapi apabila kesadaran tidak tumbuh menjadi kolektif, puasa hanya akan memiliki sedikit dampak dalam kehidupan sosial.

Charity individual yang melimpah selama Ramadan, tidak berdampak pada kesejahteraan sosial karena bersifat sporadik dan temporal. Selain itu, puasa diharapkan mampu mengikis tumbuhnya careless society: masyarakat tidak acuh dan tidak peduli kepada sesama. Inilah masyarakat yang mabuk spiritual, tetapi miskin belarasa. Penulis Mahasiswa Pascasarjana Unnes

Komentar

Komentar
()

Top