Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Puasa dan Spirit "Caring Society"

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Sayangnya, semangat membantu dan santunan selama Ramadan dan bulan lainnya masih cenderung charity oriented. Maka, dana umat yang sangat melimpah tidak mampu berperan dalam mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.

Misalnya, dalam membayar fidyah ditegaskan, "Wajib bagi orang-orang yang berat (tidak mampu) menjalankan (jika mereka tidak berpuasa) haruslah membayar fidyah (yaitu) memberi makan orang miskin." Sesuai dengan ayat ini, pembahasan fidyah dilakukan secara individual memberi orang miskin dalam bentuk makanan saji atau uang setara harga makanan.

Pemahaman dan praktik ini menimbulkan banyak individu dengan berbagai dalih tidak melaksanakan puasa. Mereka menggantinya dengan membayar fidyah berupa makanan atau uang 30.000 rupiah. Sebab begitulah makna dan harga puasa bagi mereka yang membayar fidyah.

Pembayaran fidyah yang tidak memiliki manfaat jangka panjang bagi orang yang menerima, selain hanya kepuasan sesaat. Baginya, persoalan kemiskinan seolah bisa diselesaikan dengan hanya memberi makanan lezat dan bergizi. Maka, dalam konteks caring soceity, diperlukan pembaruan dan kontekstualisasi konsep memberi makan orang miskin.

Miskin, secara ekonomi, orang-orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Miskin secara mental, malas bekerja. Bisa juga orang-orang berkecukupan harta, tetapi selalu merasa kurang. Miskin secara struktural, terkungkung sistem yang tidak memungkinkan memenuhi kebutuhan hidup.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top