Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
EKONOMI

Prospek Perekonomian | Pemerintah dan BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5 Persen

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi sepanjang April-Juni tahun ini bakal kehilangan daya pacu karena dipengaruhi pelemahan konsumsi masyarakat sebagai dampak dari tingginya inflasi di dalam negeri. Selama ini, konsumsi masyarakat menyumbang sekitar 60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.

Ekonom dan Direktur Center Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2022 mencapai sekitar 4,2 persen sampai 4,75 persen secara tahunan. Prediksi tersebut di bawah capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen.

"Pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2022 akan didorong oleh tahapan pelonggaran penggunaan masker yang mempercepat pemulihan mobilitas masyarakat. Kalau masyarakat mulai bergerak di luar rumah secara lebih bebas, belanja masyarakat akan naik, paling terasa di sektor ritel dan transportasi," katanya di Jakarta, Senin (1/8).

Pada kesempatan lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 akan mencapai sekitar 4,5-5,0 persen secara tahunan atau year on year (yoy)

"Dengan kata lain, melambat dibanding pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) pada kuartal II-2022 yang mencapai 5,01 persen yoy. Dengan demikian, pertumbuhan PDB secara keseluruhan 2022 akan berada di kisaran 4,5-5,0 persen," kata Faisal di Jakarta.

Dia menyebutkan pandemi Covid-19 sebetulnya tidak lagi mengurangi aktivitas mobilitas masyarakat, tetapi inflasi dalam satu semester tahun ini yang mencapai 3,19 persen year to date atau jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 0,74 persen cukup menghambat belanja masyarakat. "Apalagi sumbangan terbesar inflasi tersebut berasal dari bahan makanan yang menjadi basket terbesar konsumsi masyarakat menengah ke bawah," katanya.

Perlambatan konsumsi masyarakat tercermin pada pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) kuartal kedua yang sebesar 8,96 persen atau melambat dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 12,46 persen.

Dampak kenaikan harga kebutuhan pokok dan potensi resesi di berbagai negara termasuk tujuan ekspor Indonesia dapat berdampak kecil pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, selama pemerintah dan bank sentral membuat kebijakan yang akomodatif untuk menjaga pertumbuhan ekonomi domestik.

Jaga Inflasi

Menurutnya, pemerintah perlu membuat kebijakan untuk menjaga laju inflasi agar tetap berada di bawah 5 persen di 2022, khususnya yang disumbangkan oleh harga yang diatur pemerintah atau administered price, seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik.

Sementara itu, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2022 relatif sama dibandingkan periode tiga bulan sebelumnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 akan tumbuh di atas 5 persen seiring dengan beberapa indikator yang masih memberikan dampak sangat kuat terhadap pertumbuhan ekonomi meliputi konsumsi, investasi dan ekspor.

Gubernur BI, Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2022 mencapai 5,05 persen (yoy). "Di triwulan dua kenapa membaik karena konsumsi swasta itu terus meningkat sejak bulan Ramadhan," ujar Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 202 di Jakarta, kemarin.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top