Produksi Film Anak Indonesia Minim, Hasil Riset Temukan Solusinya
Film anak-anak "Petualangan Sherina".
Metode produksi ini, yang kemudian menjadi "metode produksi ramah anak", mewakili dua kepentingan besar: anak butuh ruang belajar dan bertumbuh yang sesuai, sedangkan pembuat film memerlukan gambar yang artistik serta menjual.
Alih-alih "memaksa" anak untuk terlibat dalam aktivitas orang dewasa dalam industri film dengan berbagai tuntutan, metode ini juga memenuhi kebutuhan anak untuk belajar, bermain, dan berkembang tanpa harus terlalu banyak 'mengorbankan' pencapaian film.
Potensi adopsi
Untuk mengisi kekurangan film anak di Indonesia, temuan riset kami ini bisa diadopsi oleh lembaga pendidikan. Salah satunya melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan penyelenggaraan Kabupaten/Kota Ramah Anak (KLA) oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Ini mengingat jumlah film anak tak kunjung mengalami kenaikan yang signifikan, bahkan setelah adanya kolaborasi-kolaborasi seperti ini.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya