Praktisi: Pemberian MPASI Bagian dari Pencegahan Stunting
Arsip foto - Pengendara motor melintas di dekat mural kampanye pencegahan stunting di Jakarta, Rabu (16/12).
Praktisi ingatkan pemberian MPASI bagian dari pencegahan stunting
JAKARTA - Praktisi kesehatan anak dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya (Jawa Timur) dr. Meta Hanindita, Sp.A(K) mengingatkan bahwa pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat kepada anak menjadi bagian dari pencegahan stunting.
"Untuk mencegah stunting, prioritaskan pemberian protein hewani pada MPASI anak," ujar dia saat dihubungi dari Jakarta, Selasa.
Merujuk Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada umumnya, setelah usia enam bulan, kebutuhan nutrisi bayi baik makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat terpenuhi hanya dengan ASI.
Selain itu, keterampilan makan (oromotor skills) terus berkembang dan bayi mulai memperlihatkan minat pada makanan lain selain susu (ASI atau susu formula).
Karena itu, memulai pemberian MPASI pada saat yang tepat akan sangat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi.
Meta mengatakan, selain tepat waktu, pemberian MPASI juga harus adekuat yakni kandungannya sesuai usia anak, aman dan higieniessertadiberikan dengan cara benar demi mencegah anak terkena stunting.
Namun, bahasan terkait MPASI luput dari paparan para calon gubernur DKI Jakarta saat membahas pencegahan stunting dalam debat kedua Pilkada Jakarta 2024 pada Minggu (27/10).Titik berat paparan mereka hanya seputar pemberian ASI eksklusif yang memang menjadi pertanyaan panelis.
Padahal, kata dia, dalam kaitan dengan kesehatan anak, stunting masih menjadi masalah kesehatan di Jakarta.
Data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta sepanjang Januari hingga Agustus 2024, tercatat sebanyak 36.664 balita menghadapi masalah gizi. Dari angka tersebut, sebanyak 26,74 persen atau 10.340 anak mengalami stunting.
"Saya lihat, titik beratnya hanya ke ASI saja. Padahal ASI eksklusif hanya enam bulan, setelah itu ASI tetap diberikan tetapi persentasenyaakan berkurang seiring bertambahnya usia. MPASI-nya tidak ada sama sekali (dibahas)," ujar Meta.
Meta yang tergabung dalam Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengapresiasi usulan program-program dalam debat tersebut. Namun, dia menyoroti tak adanya usulan terkait MPASI dalam program para cagub.
"Tetapi bagaimana dengan pemberian makanan tambahannya misalnya untuk anak-anak yang sedang masa MPASI, dari enam bulan sampai dua tahun (sebagai upaya lainnya untuk mencegah stunting)?," katanya.
Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil menekankan program ASI harus menyertai ibu hamil karena pemberantasan kasus anak gagal tumbuh (stunting) harus dilakukan sejak sang ibu masih hamil dan hingga seribu hari pertama anak.
Selain ruang laktasi, dia juga membahas terkait pemberian subsidi penambahan gizi.
Calon Gubernur nomor urut 2 Dharma Pongrekun juga mengangkat tentang perlunya penyediaan ruang laktasi, lalu konsumsi daun katuk oleh ibu demi memperlancar produksi ASI. Dia juga mendukung cuti menyusui dan sistem bekerja dari rumah.
Di sisi lain, Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung menyebutkan tiga aksi untuk mencegah terjadinya stunting, yakni penyediaan tempat penitipan anak (daycare), ruang laktasi dan Posyandu.
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya