Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Politik yang Membutakan

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Elite politik dan tokoh agama semakin keblinger dan merasa edukasi berdasarkan prasangka itulah cara terbaik dan termurah dalam meraih dukungan kekuasaan. Tak lagi dipedulikan menyalahi kodrat kemanusiaan atau tata nilai agama. Toh semua sudah dilakukan (seolah-olah) berlandaskan nilai agama.

Sampah

Edukasi politik yang didasarkan atas prasangka kebencian ini semakin mewarnai ruang publik. Media sosial dipenuhi sampah sumpah serapah yang berujung pada fanatisme buta. Para elite pun tertawa girang saat perilaku tersebut berefek pada naiknya estimasi angka dukungan. Angka popularitas dan elektabilitas menjadi tuhan baru yang diperjuangkan mati-matian meskipun semua itu beralaskan rasa benci dan dengki.

Kebencian itu racun yang mendarah daging dan bersemayam di setiap sel atau poripori kehidupan. Jadi, mengapa hanya karena kekuasaan, elite politik tega meracuni anak generasi muda? Sebabnya jelas karena politik itu membutakan mata hati dan nurani. Kini bukan lagi program kerja dan prediksi kesatuan kebangsaan yang dibanggakan. Elite tak peduli pada nasib kebangsaan dan kemakmuran, melainkan terjebak pada fatamorgana kekuasaan.

Dalam awan kegelapan yang semakin hitam, masih ada secercah harapan untuk menentukan nasib bangsa. Saatnya kita memilih kebaikan otentik, sebuah kebaikan yang nyata-nyata dilandaskan pada kepentingan umum (bonnum commune). Saatnya politik kekuasaan ditentukan akal sehat untuk memajukan kepentingan bangsa, bukan kepentingan golongan per golongan. Bukan kepada mereka yang berpidato kebaikan, tapi landasannya kedengkian.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top