PLTU Tak Lagi Dikembangkan setelah 2030
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendukung aksi kolaborasi dengan para pakar energi baik dari dalam maupun luar negeri guna menuju target nasional Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
"Setelah 2030, diharapkan PLTU Batu Bara tidak akan dikembangkan lagi. Lalu, tambahan pembangkit setelah 2030 hanya dari energi terbarukan. PLTU Batu Bara terakhir akan berakhir pada 2058," ucap Menteri ESDM Arifin Tasrif di Jakarta, Kamis (21/9).
Dia menerangkan transisi energi membutuhkan transformasi signifikan pada infrastruktur sektor ketenagalistrikan, terutama di negara berkembang yang masih sangat bergantung pada energi fosil untuk pembangkit listrik. "Karenanya perlu peningkatan penggunaan energi terbarukan serta mengurangi penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara secara bertahap," ujar Arifin.
Untuk mendukung transformasi infrastruktur ketengalistrikan tersebut, pemerintah akan membangun sekitar 700 Giga Watt (GW) pembangkit EBT. "Indonesia akan membangun sekitar 700 GW pembangkit listrik energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia yang diperkirakan mencapai 1.942 TWh pada 2060," ungkap Arifin.
Selain itu, untuk mencapai target transisi energi, pemerintah kata Arifin akan melaksanakan upaya-upaya progresif melalui beberapa rencana strategi diantaranya, peningkatan secara masif untuk PLTS pada 2030 dan dilanjut PLTB pada 2037, maksimalisasi pengembangan panas bumi hingga 22 GW, komersialisasi nuklir pada 2039 dan peningkatan hingga 31 GW pada 2060, serta pengembangan Pump Storage di tahun 2025 dan Battery Energy Storage System (BESS) pada 2034.
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya