Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara Importir Bakal Terhambat
Sementara itu, ekonom Bank OCBC Singapura, Howie Lee, mengatakan skenario terburuk dari sanksi ekspor energi Russia tidak akan mengejutkan jika Brent diperdagangkan di atas 200 dollar AS per barel.
Secara terpisah, Pengamat Ekonomi dari Indef, Agus Herta, mengatakan konflik Russia dan Ukraina akan menekan APBN karena harga komoditas dunia terkerek naik, menjauh dari asumsi APBN.
"Harga minyak dunia dalam asumsi APBN hanya ditetapkan sebesar 63 dollar AS per barel. Padahal hingga 7 Maret 2022, harga minyak Brent sudah ditransaksikan seharga 128,76 dollar AS per barel," kata Agus.
Kenaikan harga minyak dan gas dunia tersebut menekan belanja karena subsidi energi naik, terutama LPG 3 kg dan subsidi listrik.
"Subsidi listrik untuk masyarakat menengah bawah juga akan meningkat seiring naiknya harga minyak dunia, karena sebagian produksi listrik di Indonesia masih menggunakan solar dan batu bara sebagai bahan bakar," kata Agus
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya