Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pernyataan Diplomat Tiongkok Menuai Kemarahan Eropa karena Mempertanyakan Kedaulatan Negara-negara Bekas Uni Soviet

Foto : Istimewa

Kementerian Luar Negeri Prancis menyatakan 'kecewa' atas pernyataan kenegaraan Lu Shaye.

A   A   A   Pengaturan Font

Kementerian Luar Negeri Tiongkok belum mengomentari pernyataan Lu. Lu, yang berada di tahun keempat penempatannya di Paris, telah menampilkan gaya diplomasi "prajurit serigala" Beijing dengan ucapannya yang blak-blakan sebelumnya.

Duta Besar Ukraina untuk Prancis, Vadym Omelchenko, menyindir bahwa Lu harus ditanya "siapa pemilik Vladivostok?", mengacu pada kota pelabuhan yang dianeksasi Rusia dari Tiongkok pada pertengahan abad ke-19.

Menteri Luar Negeri Estonia, Margus Tsahkna, menyebut, komentar duta besar itu "keliru dan salah menafsir sejarah".

"Negara-negara Baltik di bawah hukum internasional telah berdaulat sejak 1918 tetapi diduduki selama 50 tahun," tegasnya.

Tiga negara Baltik pertama kali mendeklarasikan kemerdekaan pada 1918 setelah Revolusi Rusia. Uni Soviet menduduki dan mencaploknya selama perang dunia kedua pada 1940 dan sekali lagi pada tahun 1944. Sebagian besar negara barat menolak untuk mengakui aneksasi tersebut. Setelah kemerdekaan mereka pada 1990-91, ketiganya bergabung dengan Uni Eropa dan NATO dan menjadi pendukung kuat Ukraina dalam perjuangannya melawan agresi Rusia.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top