Perintah 'Tetap di Rumah' Kurangi Paparan terhadap Kebisingan Hampir 50 Persen
Foto: AntaraCHICAGO,- Tingkat paparan terhadap kebisingan lingkungan turun hampir 50 persen pada bulan-bulan pertama pandemi Covid-19, demikian menurut tim peneliti Universitas Michigan (UM) yang menganalisis data dari Apple Hearing Study, program penelitian hasil kerja sama UM dan Apple.
Lebih dari setengah juta tingkat kebisingan harian sebelum dan sesudah pandemi diukur dalam salah satu analisis berskala terbesar itu, sebut pernyataan pers yang diunggah ke situs web UM pada Jumat (9/10).
Jika dibandingkan dengan periode Januari dan Februari, rata-rata tingkat kebisingan harian turun sekitar 3 desibel ketika pemerintah daerah mengumumkan aturan jaga jarak sosial (social distancing) dan mengeluarkan perintah untuk tetap di rumah (stay-at-home order) pada Maret dan April.
"Ada penurunan yang signifikan terkait tingkat paparan dan seiring waktu, hal itu dapat membawa dampak besar terhadap kondisi kesehatan secara keseluruhan," kata Rick Neitzel, lektor kepala bidang ilmu kesehatan lingkungan di Fakultas Kesehatan Masyarakat UM.
Empat negara bagian yang ditinjau dalam analisis ini memiliki respons COVID-19 yang berbeda-beda dalam hal perintah untuk tetap di rumah.
California dan New York mencatat penurunan drastis dalam hal kebisingan yang terjadi dengan begitu cepat, sementara tingkat penurunan di Florida dan Texas diketahui lebih rendah.
Awalnya, penurunan terbesar terkait paparan terhadap kebisingan lingkungan terlihat pada akhir pekan, dengan hampir 100 persen partisipan mengurangi waktu yang mereka habiskan dengan paparan suara berintensitas di atas 75 desibel, level suara yang hampir sama kerasnya dengan jam beker, pada Jumat hingga Minggu.
"Namun setelah karantina wilayah (lockdown), ketika warga berhenti pergi bekerja secara fisik, pola itu menjadi semakin kabur," papar Neitzel. "Rutinitas harian warga berubah dan kami tidak lagi melihat perbedaan besar dalam hal paparan antara periode lima hari kerja dengan akhir pekan."
Poin-poin dalam data ini memungkinkan para peneliti untuk mulai mendeskripsikan paparan terhadap kebisingan yang dirasakan warga Amerika yang tinggal di negara bagian tertentu, berasal dari kelompok usia tertentu, atau mengalami gangguan pendengaran maupun tidak.
"Kami sudah mempertanyakan hal-hal ini selama bertahun-tahun dan kini kami mulai mendapatkan data yang memungkinkan untuk menjawabnya," ujar Neitzel.
Data dari studi tersebut akan dibagikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kontribusi terhadap inisiatif Make Listening Safe.Ant/P-4
Redaktur: Khairil Huda
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Respons CEO OpenAI tentang Model AI Tiongkok DeepSeek-R1: 'Mengesankan'
- 2 Setelah Trump Ancam Akan Kenakan Tarif Impor, Akhirnya Kolombia Bersedia Terima Deportasi dari AS
- 3 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 4 Diprediksi Berkinerja Mocer 2025, IHSG Sepanjang Tahun Ini Menguat 1,22 Persen
- 5 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
Berita Terkini
- Kondisi Bandara Soekarno Hatta Normal
- Orangtua Perlu Cermati Empat Jalur Penerimaan Siswa Baru
- Indef: BPI Danantara Bikin Birokrasi Tambah Gemuk. Tupoksinya Sudah ada di Kementerian Investasi
- Belanja Kementerian/Lembaga Harus Produktif. Jangan Boros!
- PLN Siaga Banjir, Listrik Kembali Menyala Bertahap Setelah Kondisi Aman