Perencanaan Berbasis Data untuk Perbaikan Kualitas Pendidikan
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Iwan Syahril, dalam Webinar Microteaching Guru Belajar, di Jakarta, Senin (30/1).
Foto: Muhamad Ma'rupJAKARTA - Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Iwan Syahril mengatakan, pihaknya mendorong akselerasi Perencanaan Berbasis Data (PBD) untuk perbaikan kualitas pendidikan. PBD merupakan bagian dari Merdeka Belajar agar peserta didik lebih kompeten dan berkarakter tanpa terkecuali.
"Kita juga ingin memastikan bahwa kelompok-kelompok yang termarginalkan, sulit mendapat akses pendidikan, dibantu untuk mendapatkan akses pendidikan yg berkualitas," ujar Iwan, dalam Webinar Microteaching Guru Belajar, di Jakarta, Senin (30/1).
Dia menerangkan, dalam penerapan PBD, para guru bisa memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar karena tersedia beragam komunitas belajar yang sesuai dengan kebutuhan para guru.
"Terdapat sekitar 13.000 komunitas di Platform Merdeka Mengajar. Guru diberi kemerdekaan untuk memilih, sesuai dengan fokus yang dikehendaki semisal literasi, numerasi, serta dapat melakukan interaksi di PMM," tandas Iwan.
Iwan mengungkapkan, PBD mendorong transformasi satuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan dimulai dengan perencanaan dan penganggaran yang tepat. Terdapat tiga langkah penerapan PBD yaitu Identifikasi, Refleksi, dan Benahi (IRB).
Dia menambahkan, di daerah yang masuk kategori daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T) 35 persen guru yang belajar secara mandiri di Platform Guru Belajar dan Berbagi. Hal tersebut menunjukkan PBD bisa diimplementasikan di mana saja.
"Saya kagum di daerah dengan kategori 3T guru-gurunya memiliki semangat belajar tinggi. Itu artinya, guru-guru di daerah terpencil pun sebenarnya memiliki semangat belajar dan resiliensi yang luar biasa," tandasnya.
Guru SMPN 4 Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, Mohamad Anis memaparkan kendala dalam memulai penggunaan materi PBD di Platform Merdeka Mengajar. Sejak materi PBD muncul, dia dan para guru lain masih kurang informasi sehingga ragu bertindak.
Dia menerangkan, setahun belakangan sudah ada akses internet di daerahnya. Namun, akibat kendala letak geografis dan keterbatasan infrastruktur, Anis dan rekan sejawat mengalami kesulitan untuk mendiskusikan persoalan implementasi PBD di sekolah mereka.
"Beragam pertanyaan timbul terkait penting atau tidaknya PBD ini. Padahal jika mengacu pada Rapor Pendidikan, kompetensi literasi dan numerasi, hasilnya murid-murid kami di bawah minimum," katanya.