Guru Besar FISIP UI, Ery Seda Ungkapkan Pentingnya Menempatkan Manusia sebagai Pusat Kerangka Pembangunan
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Manusia perlu menjadi inti dari kerangka pembangunan, bukan hanya objek yang terpinggirkan dalam hubungan kolusif antara negara dan pasar. Sering kali, masyarakat hanya dianggap sebagai penerima bantuan tanpa peran yang signifikan, akibat dari relasi yang asimetris antara negara, pasar, dan masyarakat. Hubungan ini kerap memicu masalah sosial seperti kemiskinan dan eksklusi sosial.
Hal tersebut diungkapkan oleh Guru Besar Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Francisia Saveria Sika Ery Seda, dalam sebuah forum diskusi yang diadakan oleh Pusat Riset dan Advokasi Serikat Jesus (PRAKSIS) di Jakarta, Jumat (8/11). Ery Seda menekankan perlunya perubahan dalam interaksi antara negara, pasar, dan masyarakat. Baginya, perspektif pembangunan alternatif harus mampu mendefinisikan ulang proses dan tujuan pembangunan, sehingga peran negara bukan lagi dominan atau satu-satunya pilar utama.
“Penting bagi kita untuk menempatkan masyarakat sipil dan pasar sebagai pilar yang setara dengan negara dalam mewujudkan perubahan sosial,” tegasnya.
Dalam perspektif pembangunan alternatif ini, Ery menekankan dua hal utama: pertama, pembangunan harus difokuskan pada kesejahteraan manusia dan bukan sekadar pertumbuhan ekonomi. Kedua, menggeser perspektif pembangunan agar berpusat pada masyarakat sipil, terutama komunitas lokal yang menjadi pondasi bagi pembangunan manusia. Ery juga menambahkan bahwa dengan kolaborasi yang lebih setara antara negara, pasar, dan masyarakat, masalah sosial seperti kemiskinan dan eksklusi sosial dapat diatasi secara lebih komprehensif.
PRAKSIS, atau Pusat Riset dan Advokasi Serikat Jesus, yang merupakan lembaga riset dan advokasi di bawah Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Fokus utama dari PRAKSIS adalah penelitian terkait hak asasi manusia, demokrasi, keadilan sosial, dan rekonsiliasi sosial. Dalam bidang advokasi, PRAKSIS mendampingi serta melayani korban ketidakadilan, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik. Dengan pendekatan yang berpusat pada masyarakat, PRAKSIS berharap dapat menguatkan peran masyarakat dalam mencapai kesejahteraan sosial yang berkelanjutan.