Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Perdana Menteri Israel Menemui Presiden Rusia. Apa Saja yang Dibicarakan?

Foto : The Times of Israel/Kobi Gideon

Perdana Menteri Israel Naftali Bennet bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, 22 Oktober 2021.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perdana Menteri Israel Naftali Bennet menjadi pemimpin dunia terakhir yang mengunjungi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas perang di Ukraina. Ada yang menilai Bennet berpotensi menjadi mediator antara Moskow dan Kiev.

Menurut media Jerman DW, Minggu (6/3), pertemuan Bennet dan Putin berjalan selama tiga jam. Kantor Bennet mengatakan, sang perdana menteri berangkat Sabtu pagi menuju Moskow ditemani menteri kabinetnya yang fasih berbahasa Rusia dan lahir di Ukraina, Zeey Elkin. Keduanya adalah orang Yahudi dan tidak biasanya bepergian di hari Sabat.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada media Rusia bahwa kedua pemimpin "mendiskusikan situasi di Ukraina". Setelah bertemu Putin, Bennet dikabarkan menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

"Kami terus berdialog," kata pemimpin Ukraina di media sosial Tweeter setelah bicara dengan Bennet.

Setelah berkunjung ke Moskow, Bennet terbang ke Jerman dan menemui Kanselir Olaf Scholz di Berlin untuk membahas topik yang sama.

Menurut juru bicara Jerman, Steffen Hebestreit, Bennet dan Scholz berbincang selama satu setengah jam. Kedua pemimpin tersebut setuju untuk tetap berhubungan baik dan sepakat untuk menghentikan perang di Ukraina "secepat mungkin"

Apa Implikasinya bagi Israel?

Israel tetap menjaga hubungan baik dengan kedua negara yang bertikai, Rusia dan Ukraina. Negara ini menawarkan menjadi penengah antara kedua pihak. Pada perang di Siria beberapa waktu lalu, Rusia pernah terlibat. Siria berbatasan dengan Israel.

Menurut editor The Times of Israel, David Horovitz, perjalanan yang dilakukan Bennet sangat besar taruhannya. "Berusaha menjaga untuk tidak bersikap netral namun hubungan tetap hangat," dengan Rusia dan Ukraina "bisa merusak posisi Israel di dunia yang bebas ini."

Mantan duta besar Israel untuk Amerika, Michael Oren mengatakan, tindakan Bennet sangat mencolok dan juga berisiko. "Rusia saat ini berada di posisi yang berbeda, dan Putin mungkin sedang mencari cara untuk keluar dari kesulitannya," kata Oren. "Dan Naftali Bennet menyediakan tangga untuknya."


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Lili Lestari

Komentar

Komentar
()

Top