Jumat, 14 Mar 2025, 09:55 WIB

Pengamat: Berantas Korupsi Harus Sampai Akar

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Bina Nusantara (Binus) Malang, Frederik M Gasa

Foto: istimewa

JAKARTA-Perilaku korup birokrat harus dihentikan. Pemerintah perlu menindaknya hingga ke akarnya. Penindakan jangan hanya di hilir tetapi harus menyentuh sampai hulu.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Bina Nusantara (Binus) Malang, Frederik M Gasa mengatakan, upaya pemerintah Indonesia untuk mengentas korupsi di tanah air ini, perlu diapresiasi. 

Setelah beberapa kasus besar korupsi yang sudah dibuka, seakan mau menunjukkan bahwa Presiden Prabowo sangat serius dalam memberantas mafia. 

Namun tentu, upaya yang dilakukan belum cukup mampu untuk meraih simpati publik. Hal ini dapat dilihat dari respon publik terhadap beberapa kasus, salah satunya seperti kasus pertamax oplosan.

"Publik masih belum cukup puas karena publik mengharapkan agar pemerintah mengentas sampai akarnya,"ucap Frederik, Jumat (14/3), menanggapi pernyataan Presiden Prabowo terkait korupsi di birokrat.

Lepas dari itu semua lanjutnya, ketegasan Presiden Prabowo tetap harus mendapat pujian. Tinggal kedepannya perlu ada monitoring dari masyarakat, media dan semua pihak, agar korupsi yang meskipun sudah mengakar dan membudaya, bisa ditangani sampai pada akarnya.

Presiden RI Prabowo Subianto dalam pidatonya saat peluncuran mekanisme baru penyaluran tunjangan guru ASN daerah secara langsung ke rekening penerima di Kantor Kementerian Pendidikan Dasar, dan Menengah, (Kemendikdasmen), Jakarta, Kamis (13/3) mengatakan tantangan terberat dalam membangun Indonesia adalah masih maraknya perilaku korup dari birokrat yang menyebabkan kebocoran kekayaan negara. 

Oleh sebab itu, perilaku korup itu harus dikikis terutama pola pikir birokrasi yang selama ini “kalau bisa dibikin lama, ngapain dibuat cepat” yang pada muaranya akan terjadi korupsi.

Dalam pembangunan negara kata Presiden, para koruptor menjadi batu sandungan karena menyusahkan masyarakat, baik guru, dokter, perawat, hingga petani. Semuanya mengalami kesusahan karena para koruptor menyalahgunakan dana-dana yang harusnya disiapkan bagi program-program kesejahteraan rakyat.

Sebab itu, jajaran Kabinet Merah Putih diinstruksikan untuk bisa melakukan efisiensi agar dana-dana yang harusnya dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat bisa dioptimalkan dan tidak disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Prabowo mengakui jika kebijakan efisiensi itu mendapat banyak penentangan, namun Kepala Negara menegaskan kalau Pemerintah kini sudah berada di jalur yang benar untuk membawa kesejahteraan bagi rakyat.

Presiden bahkan kembali menegaskan konsistensinya yang bakal maju dan pantang mundur dalam memberantas koruptor. Prabowo pun rela mempertaruhkan nyawa agar praktik buruk itu bisa dihentikan di Indonesia dan tidak berlanjut ke generasi penerus bangsa.

“Saya tidak akan mundur menghadapi koruptor. Mereka harusnya ngerti saya ini siap mati untuk bangsa dan negara ini. Mafia manapun saya tidak takut. Apalagi ada Kapolri dan TNI, apalagi ada guru-guru yang akan membantu saya,” kata Presiden.

Penjara Khusus

Untuk memberantas korupsi, Presiden berniat untuk membangun penjara di pulau terpencil untuk membuat para koruptor yang telah menyengsarakan rakyat bisa merasakan efek jera karena tidak bisa kabur.

“Saya juga akan sisihkan dana buat penjara di suatu tempat yang terpencil mereka nggak bisa keluar. Kita akan cari pulau kalau mereka keluar biar ketemu sama hiu,” kata Prabowo.

Kepala Negara pada kesempatan itu pun menyampaikan harapannya bagi dunia pendidikan agar mengoptimalkan setiap program yang ada agar bisa membantu Pemerintah untuk melawan serta memberantas korupsi sebagai tantangan utama dalam memajukan negara.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: