Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perubahan Iklim

Pemutihan Karang Global Meluas akibat Kenaikan Suhu Lautan

Foto : AFP/DAVID GREY

Foto bawah air menunjukkan karang yang memutih dan mati di sekitar Pulau Lizard di Great Barrier Reef, yang terletak 270 kilometer (167 mil) di utara Kota Cairns, beberapa waktu lalu. Great Barrier Reef yang terkenal di Australia berada di ambang kehancuran.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Sejumlah ilmuwan, pada hari Kamis (16/5), memperingatkan peristiwa pemutihan karang besar-besaran semakin meluas dan mendalam di sejumlah terumbu karang di seluruh dunia. Di tengah rekor kenaikan suhu lautan, pemutihan karang telah tercatat di 62 negara dan wilayah sejak Februari 2023.

Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS atau National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengatakan pemutihan karang meningkat sembilan kali lipat dari peringatan yang dikeluarkan pada bulan April.

"Peristiwa ini masih terus bertambah, baik dari segi ukuran maupun dampaknya. Ini bukanlah sesuatu yang akan terjadi tanpa adanya perubahan iklim," kata Derek Manzello, Koordinator Program Coral Reef Watch NOAA pada konferensi pers.

Dikutip dari The Straits Times, Manzello mengatakan kerusakan karang baru sejak peringatan NOAA tanggal 15 April dilaporkan terjadi di India, Sri Lanka, dan kepulauan Chagos di Samudera Hindia.

Tekanan panas yang parah atau berkepanjangan menyebabkan kematian karang, meskipun ada kemungkinan untuk pulih jika suhu turun dan penyebab stres lainnya seperti penangkapan ikan berlebihan dan polusi berkurang.

Konsekuensi dari pemutihan karang sangat luas, tidak hanya berdampak pada kesehatan lautan namun juga penghidupan masyarakat, ketahanan pangan, dan perekonomian lokal. Pemutihan karang massal yang sedang berlangsung ini merupakan yang keempat yang pernah terjadi di dunia, dan tiga kali lainnya terjadi antara tahun 1998 hingga 2017.

Rekor Tertinggi

Sekitar 60,5 persen terumbu karang di dunia mengalami suhu panas tinggi sehingga memutih dalam 12 bulan terakhir, yang merupakan rekor tertinggi menurut NOAA. Pemutihan global yang meluas sebelumnya, yang terjadi pada tahun 2014 hingga 2017, masih memegang rekor dampak kumulatif terbesar - untuk saat ini.

Menurut Manzello, pemutihan lebih lanjut dapat terjadi di terumbu karang di Asia dan di lepas pantai Meksiko, Belize, Karibia, dan Florida karena suhu lautan terus memanas selama musim panas. Sejauh ini, Great Barrier Reef di lepas pantai Australia dilanda pemutihan, yang juga berdampak pada karang di Thailand.

Kepala Bagian Pemantauan Pusat Informasi Lingkungan Nasional NOAA, Karin Gleason mengatakan ada kemungkinan 2024 akan berakhir sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat di bumi dan kemungkinan 100 persen akan menjadi salah satu dari lima tahun terpanas.

Sementara itu, pada bulan April, lautan di dunia mengalami suhu terpanas sepanjang bulan April, sebuah rekor yang dipecahkan setiap bulannya selama 13 bulan terakhir. "Akumulasi tekanan panas merupakan hal yang paling ekstrim dan belum pernah terjadi sebelumnya di Samudera Atlantik," kata Manzello.

Manzello menambahkan memahami dampak pemutihan karang membutuhkan waktu. Di Karibia, misalnya, karang dapat bertahan dari tekanan panas yang terjadi kemudian mati akibat wabah penyakit atau kumpulan predator karang.

Tahun 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat, hal ini disebabkan oleh kombinasi perubahan iklim dan pola cuaca El Nino.

Pada tahun 2024, ketika pola pendinginan La Nina mulai berlaku antara sekarang dan musim gugur. "Harapan saya adalah… kita akan mulai melihat bahwa persentase kawasan terumbu karang yang terkena dampak mulai menurun," kata Manzello.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top