Kamis, 16 Jan 2025, 16:05 WIB

Peluang 'Gempa Besar' di Jepang Meningkat Jadi 82 Persen

Foto yang diambil pada 14 Januari 2025 menunjukkan tanda rute evakuasi tsunami di pantai Aoshima di kota Miyazaki di barat daya Jepang.

Foto: Kyodo

TOKYO - Sebuah panel pemerintah Jepang pada hari Kamis (16/1) mengatakan pihaknya  menaikkan perkiraan kemungkinan terjadinya "gempa besar" hingga 82 persen dalam 30 tahun ke depan.

Guncangan seperti itu berpotensi memiliki kekuatan 8-9 yang dahsyat, memicu tsunami raksasa, menewaskan ratusan ribu orang dan menyebabkan kerugian miliaran dollar, kata para ahli.

Dilaporkan AFP, Komite Penelitian Gempa Bumi mengatakan telah meningkatkan estimasi probabilitasnya menjadi antara 75 dan 82 persen dari sebelumnya antara 74 dan 81 persen.

Ini menyangkut apa yang dikenal sebagai gempa megathrust subduksi di sepanjang Palung Nankai, jurang bawah laut sepanjang 800 kilometer (500 mil) yang membentang sejajar dengan pantai Pasifik Jepang.

Palung ini adalah tempat lempeng tektonik samudra Laut Filipina "menghunjam" - atau perlahan bergeser - di bawah lempeng benua tempat Jepang berada.

Lempeng-lempeng tersebut saling menempel saat bergerak, menyimpan sejumlah besar energi yang dilepaskan saat terlepas, sehingga berpotensi menyebabkan gempa bumi dahsyat.

Selama 1.400 tahun terakhir, gempa besar di Palung Nankai telah terjadi setiap 100 hingga 200 tahun, menurut Markas Besar Promosi Penelitian Gempa Bumi pemerintah Jepang.

Yang terakhir tercatat terjadi pada tahun 1946.

"Sudah 79 tahun sejak gempa terakhir, dan kemungkinan terjadinya gempa lain meningkat setiap tahun dengan kecepatan sekitar satu persen," kata seorang pejabat sekretariat Komite Penelitian Gempa kepada AFP.

Menurut perkiraan pemerintah Jepang pada tahun 2012, pulau-pulau kecil di lepas pantai utama dapat dilanda tsunami setinggi lebih dari 30 meter (100 kaki).

Daerah padat penduduk di pulau utama Honshu dan Shikoku dapat dilanda gelombang besar dalam beberapa menit.

Agustus lalu, Asosiasi Meteorologi Jepang (JMA) mengeluarkan peringatan gempa besar pertamanya berdasarkan aturan yang dibuat setelah gempa bumi dan tsunami Tohoku yang dahsyat pada tahun 2011.

Dikatakan, kemungkinan terjadinya gempa bumi besar baru di sepanjang Palung Nankai lebih tinggi dari biasanya setelah guncangan berkekuatan 7,1 yang melukai 15 orang.

Imbauan itu dicabut lagi setelah seminggu tetapi menyebabkan kelangkaan beras dan bahan pokok lainnya karena masyarakat mengisi kembali persediaan darurat mereka.

Pada tahun 1707, semua bagian Palung Nankai pecah sekaligus, mengakibatkan gempa bumi yang hingga kini masih menjadi gempa bumi terkuat kedua yang pernah tercatat di negara itu.

Gempa yang juga memicu letusan terakhir Gunung Fuji itu diikuti oleh dua letusan besar Nankai yang dahsyat pada tahun 1854, dan kemudian dua kali pada tahun 1944 dan 1946.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Lili Lestari

Tag Terkait:

Bagikan: