
Pelestarian Budaya Lokal, Pemkab Bangka Barat Mengajak Warga Lestarikan Tradisi Perang Ketupat
Pelaksanaan "nganggung" bersama menjadi pembuka rangkaian pesta adat Perang Ketupat di Pasir Pantai Kuning, Tempilang.
Foto: ANTARA/HO-Diparbud Bangka BaratMentok - Pelestarian budaya lokal. Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengajak warga melestarikan tradisi Perang Ketupat yang digelar di Pantai Pasir Kuning Tempilang sebagai bentuk kepedulian terhadap keragaman budaya.
"Acara Perang Ketupat ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun silam dan bahkan oleh Kemendikbud telah dimasukkan dalam agenda nasional dan menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda sejak 2014," kata Bupati Bangka Barat Sukirman di Mentok, Ahad.
Menurut dia, pesta adat Perang Ketupat merupakan potensi budaya yang bisa menjadi daya tarik wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
"Masyarakat Tempilang khususnya anak muda harus bisa melestarikan pesta adat ini, kegiatan tahunan ini memiliki banyak makna dan nilai yang bisa menjadi pemersatu," ujarnya.
Pesta adat Perang Ketupat dilaksanakan di bulan Ruwah atau bulan terakhir menjelang Ramadhan, dalam kegiatan itu banyak warga dari luar daerah yang datang ke Tempilang untuk saling bersilaturahim menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
"Ke depan tradisi ini bisa terus ditingkatkan agar lebih dikenal di tingkat internasional yang dapat menarik wisatawan sebagai promosi wisata," katanya.
Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming mengatakan Perang Ketupat memiliki nilai kearifan lokal tinggi agar bisa diturunkan ke generasi selanjutnya.
Sebagai acara tahunan Perang Ketupat perlu terus dikembangkan karena di dalamnya terkandung nilai kearifan lokal, seperti menjaga tali silaturahim, gotong royong dan membangun kebersamaan antarwarga.
"Ini bentuk kebersamaan masyarakat, Pemkab akan terus mendukung dalam upaya pelestarian tradisi," ujarnya.
Rangkaian acara Perang Ketupat dimulai dengan pelaksanaan tradisi nganggung atau makan bersama, dilanjutkan dengan pertunjukan Tari Serimbang, Kedidi, Ngancak, serta pertarungan dua pendekat pencak silat dan diakhiri dengan saling lempar ketupat sebagai simbol memerangi berbagai perbuatan jahat.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cegah Tawuran dan Perang Sarung, Satpol PP Surabaya Gencarkan Patroli di Bulan Ramadan
- 2 AWS Dorong Inovasi Melalui Pendidikan Berbasis STEAM
- 3 Penemuan Fosil Purba di Tiongkok Mengubah Sejarah Evolusi Burung
- 4 Persija Jakarta Kini Fokus Laga Lawan PSM Makassar
- 5 Harimau Memangsa Hewan Ternak Warga Mukomuko Bengkulu
Berita Terkini
-
Deretan Musisi Nasional Meriahkan Festival Musik di De Tjolomadu
-
Baim dan Sandhy Sondoro Tampil Bersama di "BaimSandhy Live Showcase"
-
7 WNI Ditahan Malaysia, Diduga Bobol Anjungan Minyak Terengganu
-
Jerman dan Jepang Ambil Peran Kunci dalam Transisi Energi Indonesia
-
Tahun Ini, Lion Air Layani Angkutan Jamaah Calon Haji