Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jumat, 21 Feb 2025, 03:06 WIB

Menkes Tekankan Subsidi Silang Penanganan Kanker Anak, Kombinasi Pasien BPJS dan non-BPJS

Foto: Istimewa

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menekankan pentingnya subsidi silang untuk penanganan kanker anak.

Menurutnya, kombinasi pasien BPJS dan non-BPJS dalam layanan rumah sakit untuk memastikan keberlanjutan pembiayaan layanan kanker anak sangat penting.

1740067040_bfae4cbf4b60850e2c87.jpg

“Kita ingin agar Rumah Sakit Kanker Dharmais tidak hanya melayani pasien BPJS, tetapi juga menarik pasien yang mampu secara finansial untuk berobat di sini,” ujar Budi, dalam Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025-2029 sebagai bagian dari Rencana Kanker Nasional 2024-2034, di Jakarta, Kamis (20/2).

Dia menegaskan, kehadiran pasien non-BPJS bukan untuk mencari keuntungan. Menurutnya, trategi subsidi silang dibutuhkan agar lebih banyak pasien yang kurang mampu dapat mengakses pengobatan kanker berkualitas.

“Dengan begitu, biaya yang masuk bisa membantu ­pembiayaan pasien kanker anak yang kurang mampu,” jelasnya.

Sebagai informasi, kasus kanker anak juga menjadi perhatian utama, di mana pada tahun 2020, terdapat sekitar 11.156 kasus baru kanker pada anak usia 0-19 tahun.

Leukemia menjadi jenis kanker paling banyak diderita anak-anak dengan 3.880 kasus (34,8 persen), diikuti oleh kanker getah bening (limfoma) dan kanker otak, masing-masing dengan sekitar 640 kasus (5,7 persen).

Menkes memastikan, pemerintah berkomitmen dalam meningkatkan layanan kanker anak di Indonesia. Dengan peluncuran Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025-2029, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker anak di Indonesia, dari saat ini sekitar 24 persen menjadi lebih dari 50 persen.

“Kita ingin lebih banyak anak Indonesia yang bisa sembuh dari kanker dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu, kita harus bekerja bersama, pemerintah, rumah sakit, komunitas, dan masyarakat,” katanya.

Dia menekankan bahwa menghadapi kanker bukan hanya soal pengobatan medis, tetapi juga dukungan psikososial yang kuat. Pihaknyamendorong penyediaan fasilitas yang lebih ramah komunitas, termasuk ruang interaksi yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga pasien dan komunitas pendukung.

“Pasien kanker anak butuh dukungan dari komunitasnya. Harus ada ruang bagi keluarga dan komunitas untuk terlibat, berbagi pengalaman, dan memberikan dukungan moral kepada pasien dan keluarga mereka,” ucapnya.

Menkes mengungkapkan pentingnya desentralisasi layanan kanker anak ke seluruh provinsi. Tujuan utamanya adalah agar pasien kanker anak tidak perlu bepergian jauh untuk mendapatkan perawatan.

“Kita harus mendistribusikan layanan ke 34 provinsi agar lebih banyak anak yang bisa mendapat pengobatan lebih dekat dengan rumah mereka,” tuturnya. ruf/S-2

Redaktur: Sriyono

Penulis: Muhamad Ma'rup

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.