Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Jalur Rempah

Pelayaran Perdana Belanda Hanya Berhasil Membawa Segenggam Merica

Foto : National Maritime Museum/ Via Wikimedia
A   A   A   Pengaturan Font

Pelayaran perdana Belanda untuk mendapatkan rempah-rempah tidak berjalan mulus. Setelah perjalanan selama bertahun-tahun dan lebih dari separuh awak kapal tewas, mereka hanya bisa mendapatkan segenggam merica saja.

Lebih dari empat ratus tahun yang lalu, tiga kapal rusak parah muncul di pelabuhan Amsterdam, setelah berlayar dari Nusantara. Ada sembilan puluh pria di dalamnya yang tidak melihat rumah mereka selama 2,5 tahun dan mereka adalah orang-orang yang selamat dari pelayaran penuh tantangan.

Setelah melakukan pelayaran panjang, mereka berhasil mencapai tanah airnya lagi dengan hanya segenggam merica. Meski demikian, para pria tersebut disambut bak pahlawan di Amsterdam. Orang-orang yang melihat dari dermaga Amsterdam terkagum-kagum dengan benda-benda eksotik yang dibawa pulang oleh para pria tersebut.

LamanGeschiedenis Vandaagmenggambarkan burung raksasa yang dibawa oleh para lelaki itu sangat menarik perhatian. Binatang buas dengan kepala sekeras batu, paruh yang bisa menggigit jari seseorang, dan bulu berwarna cerah itu seperti dongeng yang menjadi kenyataan. Burung itu merupakan hadiah dari penguasa Bali.

Perjalanan pertama ke Indonesia itu menjadi awal bagi 350 tahun pemerintahan Belanda di Indonesia yang mereka sebut sebagai Hindia Belanda. Untuk meningkatkan keuntungan, Perusahaan Hindia Timur Belanda (De Verenigde Oost-Indische Compagnie/VOC) didirikan pada 20 Maret 1602 di Batavia (Jakarta). Tujuannya untuk meningkatkan keuntungan dalam perdagangan rempah-rempah dengan cara memonopoli.

Sejak tahun 1595 dan seterusnya, kapal-kapal yang membawa pedagang secara teratur meninggalkan pelabuhan Amsterdam. Para pedagang ini harus mencari jalan ke Hindia Timur, daerah yang terkenal dengan rempah-rempah eksotik seperti cengkeh, merica, pala, bunga pala, dan kayu manis. Rempah-rempah itu bernilai sangat tinggi di Eropa. Oleh karena itu, para pedagang berharap mendapat banyak keuntungan dari perdagangan ini.

Belanda bukan satu-satunya pihak yang berada di wilayah Hindia Timur. Sebelumnya Portugis memonopoli perdagangan rempah-rempah dari wilayah kepulauan yang luas ini. Pertempuran melawan Spanyol pada tahun 1568 hingga 1648 (Perang Delapan Puluh Tahun) menyulitkan Belanda untuk berdagang dengan Portugis yang merupakan bagian dari Kerajaan Spanyol. Oleh karena itu Belanda ingin mematahkan monopoli rempah-rempah Portugis. Caranya dengan memulai mengumpulkan rempah-rempah sendiri.

Namun pilihan ini tidak mulus karena mereka menghadapi masalah yaitu tidak mengetahui jalan menuju Hindia Timur. Melalui spionase terhadap Portugis, Belanda akhirnya mengetahui kira-kira ke arah mana harus mencari. Mereka berlayar mengelilingi Afrika dan dari sana melintasi Samudra Hindia, lalu berlayar ribuan kilometer ke arah timur laut.

Lalu pada 2 April 1595, empat kapal meninggalkan Amsterdam menuju daerah yang tidak diketahui. Kapal-kapal itu dipimpin Kapten Cornelis de Houtman yang pernah bertugas di Portugis dan memperoleh informasi tentang rute perjalanan tersebut.

Setelah berbulan-bulan menderita, Belanda tiba di Banten 27 Juni 1596. Sesampainya di sana, mereka kaget karena bukanlah orang asing pertama yang datang ke tempat dengan perdagangan yang ramai. Di Banten, para saudagar dari seluruh Asia telah menetap sejak lama. Pasar-pasar yang ramai menjual produk-produk Indonesia dan Asia lainnya. Porselen Tiongkok, sutera Jepang, pedang, batu permata, kura-kura, dan bahkan gajah.

Orang Belanda pun mulai bekerja untuk menyelesaikan kontrak dengan pedagang rempah-rempah setempat. Namun Kapten de Houtman melakukan hal lain yaitu memerintahkan agar kapal-kapal Belanda menembaki kota itu.

Pasca tindakan Kapten de Houtman, dengan mudahnya Portugis menghasut penduduk setempat untuk melawan Belanda. Untungnya Houtman dan krunya berhasil melarikan diri hidup-hidup dari kejaran penduduk. Mereka memutuskan untuk berlayar kembali ke wilayah Belanda, karena di Bali juga belum beruntung.

Sekembalinya ke Amsterdam, kerugian dihitung. Dari 250 awak kapal yang dibawa, 160 orang tewas. Sementara palka kapal yang seharusnya berisi rempah-rempah ternyata kosong. Satu-satunya rempah-rempah yang berhasil dibawa adalah segenggam merica.

Namun di Amsterdam, ekspedisi Cornelis de Houtman dipandang sukses karena Belanda akhirnya menemukan jalannya sendiri ke Hindia Timur. Setelah itu misi selanjutnya diberangkatkan dengan kapal-kapal baru diperlengkapi peralatan lebih baik.

Kapal-kapal Belanda pun kemudian berlayar menuju Pulau Jawa. Setelah tiga belas bulan, mereka kembali dengan membawa lada. Sejak tahun 1602 dan seterusnya, 55 kapal berangkat ke wilayah Indonesia dan kembali dengan membawa barang-barang dan rempah-rempah paling eksotis.

Monopoli

Dalam beberapa tahun Portugis terdorong keluar. Mereka tidak lagi memonopoli rempah-rempah dari Hindia Timur. Untuk memperoleh keuntungan lebih besar, pada tahun 1602 diputuskan bahwa semua pedagang yang ingin berlayar di Hindia Timur harus bekerja sama dan bergabung dalam satu perusahaan dagang besar dengan nama VOC.

VOC menerima monopoli perdagangan Belanda di Asia. Jika ada seorang saudagar Belanda yang ingin berdagang di Asia, maka ia wajib menjadi anggota VOC. Kalau tidak, dia bahkan tidak akan diizinkan memasuki kawasan Asia dengan kapalnya.

Keuntungan VOC bisa digunakan untuk membiayai sebagian perang melawan Spanyol. Pondasinya ini menjadi dasar bagi dominasi Belanda di wilayah Indonesia di kemudian hari yang berlangsung selama berabad-abad.

Citra orang-orang Eropa tentang Indonesia dari abad ke-16 hingga abad ke-18 akan terus diubah. Pada akhir abad keenam belas, Hindia Belanda merupakan sebuah negara mitos bagi orang Eropa, yang diambil langsung dari legenda dan dongeng. Gagasan itu diperkuat oleh cerita-cerita yang dibawa orang-orang Arab ke Eropa sebagai "negeri yang penuh dengan makhluk-makhluk menakjubkan, gunung-gunung emas, dan surga yang dijaga oleh bidadari dengan pedang menyala".

Orang Spanyol dan Portugis adalah penjelajah pertama yang mengarungi Hindia Timur, yang menemukan pulau-pulau di Indonesia dan mulai mengubah citra Arab terhadap Indonesia. Spanyol dan Portugis segera mengetahui bahwa pulau-pulau di Indonesia kaya akan rempah-rempah. Mereka mendapat cengkeh dari Maluku. Pohon pala ditemukan di Kepulauan Banda, yang juga menjadi sumber bunga gada. Lada tersedia lebih luas baik di Jawa dan Sumatra. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top