Pekerja Ekonomi Gig Berkembang Pesat di Indonesia, dari Ojek hingga Penerjemah
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di kawasan Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten, Rabu (11/3/2020).
Apalagi, ada pandangan bahwa ekonomi gig merupakan kelanjutan dari praktik eksploitasi neoliberalisme-merujuk pada pemilik modal yang mengendalikan para pekerja secara tidak langsung dengan memanfaatkan kerancuan istilah "kemitraan".
Studi kami berusaha memetakan tipologi pekerja dan platform ekonomi gig dengan menggunakan data mikro survei angkatan kerja nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik. Kami mengestimasi bahwa angkatan kerja Indonesia yang menjadikan aktivitas gig sebagai pekerjaan utamanya adalah sebesar 430 ribu hingga 2,3 juta orang atau sekitar 0,3-1,7% dari total angkatan kerja.
Tipologi umum ekonomi gig
Istilah ekonomi gig pertama kali populer di Amerika Serikat (AS) pascaresesi besar 2008-saat pekerjaan yang ada didominasi oleh proyek-proyek jangka pendek dan para pekerjanya direkrut secara nontradisional dengan kontrak alternatif dan bayaran berbasis hasil. Istilah 'gig' sendiri diadopsi dari konsep musisi amatir yang melakukan konser 'gig' dari satu kafe ke kafe lainnya-identik dengan mereka yang bekerja tanpa adanya kantor dan pemberi kerja yang permanen.
Jika dilihat dari prosesnya, ekonomi gig sebenarnya hanyalah bentuk lain dari skema alih daya. Bedanya, peran perusahaan alih daya digantikan oleh platform sebagai perantara.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya