![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
PC PMII Pamekasan Sodorkan Catatan Kritis ke Pimpinan Bea Cukai Madura
Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Pamekasan berdiskusi dengan jajaran karyawan Bea dan Cukai Madura pekan lalu.
Foto: istimewaPAMEKASAN- Ketua umum Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Pamekasan, Homaidi mengaku tidak puas dengan kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Madura, M. Syahirul Alim yang tidak mengindahkan permohonan untuk beraudiensi dengan PC PMII Pamekasan.
Pasalnya, saat beraudiensi di kantor Bea Cukai Madura, Selasa (4/2), Alim berhalangan hadir dan diwakilkan oleh staf bagian humas.
“Agenda audiensi yang sudah dijadwalkan dua kali, kami merasa tidak puas karena diterima oleh staf yang pandangannya bersifat normatif dan hanya menampung aspirasi kami saja. Padahal yang kami perlukan adanya dialog yang tujuannya mencari keputusan (decision making)!,” terang Homaidi dalam keterangan resmi pekan lalu.
- Baca Juga: Kredit Bank Mandiri Tumbuh
- Baca Juga: peluncuran Premier Plan Assurance
Homaidi yang hadir bersama belasan pengurus bermaksud ingin menyampaikan aspirasinya terkait tingkat pengawasan kepala kantor Bea Cukai Madura yang dirasa lemah, kemudian mengenai kebijakan yang kurang fair alias diskriminatif.
“Kami merasa didiskriminasikan dengan kebijakan yang tidak memberikan rasa keadilan. Kami masih beritikad baik bisa beraudiensi dengan kepala kantor Bea Cukai Madura untuk mencari solusi bersama,” imbuh Homaidi.
Homaidi membeberkan beberapa persoalan yang terjadi di Madura. Pertama, di Madura peredaran rokok polos (tanpa pita cukai) makin massif peredarannya. Hal itu merugikan para pelaku industri kretek di tingkat industri kecil dan menengah.
Kurangi Penerimaan Negara
Temuan di lapangan, kata Homaidi, beberapa industri kretek kecil yang selama ini mematuhi peraturan pemerintah harus berhadapan dengan para pelaku usaha rokok polos di pasar. Hal itu akan berdampak langsung pada daya beli mayoritas konsumen rokok di segmen ekonomi menengah ke bawah.
“Dampak terbesarnya justru berisiko mengurangi pendapatan negara dari sektor cukai, karena konsumen tidak memiliki daya beli untuk produk yang lebih mahal atau rokok legal,” katanya.
Kedua, selama ini industri kretek kelas kecil dan menengah memiliki peran penting dalam ekonomi lokal. Mereka menciptakan lapangan kerja tidak hanya di sektor industri, tetapi juga dalam rantai pasokan seperti pengecer, distributor, petani tembakau, dan pekerja kasar di industri pengolahan tembakau.
“Data dari beberapa daerah menunjukkan bahwa pabrik kelas menengah memiliki tenaga kerja dengan proporsi yang signifikan dalam skala ekonomi lokal,” ujarnya.
Ketiga, tingkat pengawasan kantor Bea Cukai harus extra ordinary. Dikatakan Homaidi, temuan di lapangan tumbuh meningkat industri rokok di Madura. Pihaknya, mendorong pengawasan ekstra guna memastikan bahwa industri tersebut tidak memproduksi rokok polos.
“Kepala kantor Bea Cukai Madura seharusnya menggandeng aparat hukum guna melakukan pengawasan intensif dan memberikan efek jera sebagaimana peraturan yang ada,” katanya.
Karena itu, PC PMII Pamekasan memberikan beberapa catatan kritis untuk kantor Bea Cukai Madura. Pertama, merumuskan kebijakan yang fairness dan berkeadilan. Sebab, kebijakan yang diskriminatif akan berdampak pada penurunan tenaga kerja dan perputaran ekonomi melambat.
“Ketika banyak pekerja kehilangan pekerjaan, daya beli masyarakat setempat juga akan menurun, yang pada gilirannya memengaruhi berbagai bisnis lokal,” katanya.
Kedua, pembinaan berkala kepada pabrik. Pabrikan baru perlu didorong untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan regulasi dan diberikan insentif atau subsidi untuk mengurangi beban akibat kenaikan cukai dan aturan lain.
“Ini penting agar pabrikan rokok tidak memproduksi rokok polos yang merugikan negara,” terangnya.
Ketiga, mendorong DPR RI khususnya Komisi XI agar melakukan pengawasan intensif ke kantor Bea Cukai baik di pusat dan daerah mengenai implementasi pengawasan yang kurang optimal.
“Sebagai bagian dari mitra kerja Bea Cukai, Komisi XI turun ke lapangan di Madura dan kami siap mendampingi," ujarnya.
Keempat, pendekatan multisolusi dan kebijakan yang berbasis data. Pemerintah dapat menyeimbangkan antara peningkatan pemasukan negara dan keberlanjutan pabrikan kelas menengah dan kecil, demi menjaga stabilitas ekonomi lokal.
“Hal ini mencakup perencanaan yang cermat dan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, baik dari sisi industri maupun masyarakat sehingga tercipta iklim usaha industri kretek yang berkeadilan,” pungkasnya.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Vitto Budi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pulau Tabuhan, Surga Mungil di Selat Bali
- 2 Leyton Orient Berharap Kejutkan City
- 3 Anggota Komisi IX DPR RI Pastikan Efisiensi Anggaran Tak Kurangi Layanan Kesehatan Warga
- 4 PPATK Koordinasi ke Aparat Penegak Hukum terkait Perputaran Uang Judi Online Rp28,48 Triliun Jadi Aset Kripto
- 5 Menteri Kebudayaan Fadli Zon Kunjungi Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin
Berita Terkini
-
Foto Gunakan "Drone" Dilarang di Permukiman Badui
-
OutSystems Merilis Mentor, Pekerja Digital Bertenaga AI untuk Pembuatan Aplikasi dan Otomatisasi SLDC di Low Code Platform
-
Akibat Longsor Jalur Menuju Bromo Terputus
-
Timnas Putri Siap Hadapi Arab Saudi saat FIFA Matchday
-
Konsumsi Protein dan Karbohidrat Penting Usai Menjalani Latihan