Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 29 Okt 2024, 00:00 WIB

PBB: Rencana Pengurangan Karbon Global Masih Jauh dari yang Direncanakan

Ketua iklim PBB, Simon Stiell berpidato di Chatham House, London, Inggris, beberapa waktu lalu.

Foto: AFP/JUSTIN TALLIS

NEW YORK -Perserikatan Bangsa-Bangsa, hari Senin (28/10), mengatakan langkah iklim dunia saat ini hanya akan memangkas emisi pemanasan planet sebesar 2,6 persen pada tahun 2030,sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan untuk mencegah dampak terburuk dari pemanasan global.

Dikutip dari Barron, Kepala Iklim PBB, Simon Stiell, mengatakan komitmen yang ada tidak akan menghasilkan pengurangan sebesar 43 persen yang dibutuhkan dekade ini untuk membatasi pemanasan global pada batas aman yang disepakati yakni 1,5 derajat Celsius.

"Temuan laporan tersebut sangat mencolok, tetapi tidak mengejutkan, rencana iklim nasional saat ini masih jauh dari apa yang dibutuhkan untuk menghentikan pemanasan global yang melumpuhkan setiap perekonomian, dan menghancurkan miliaran jiwa dan mata pencaharian di setiap negara," kata Stiell.

Temuan ini muncul hanya beberapa minggu sebelum dimulainya pertemuan puncak iklim PBB COP29 di Azerbaijan, dan saat negara-negara bersiap untuk menyerahkan putaran terbaru rencana iklim nasional mereka pada awal tahun 2025.

"Mereka harus menyajikan rencana yang lebih berani untuk segera memangkas emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida yang menyebabkan pemanasan," kata Stiell.

Gas Pemanas Planet

Berdasarkan janji yang ada, 51,5 miliar ton CO2 dan setaranya dalam bentuk gas pemanas planet lainnya akan dilepaskan pada tahun 2030.

"Polusi gas rumah kaca pada tingkat ini akan menjamin kehancuran manusia dan ekonomi bagi setiap negara, tanpa kecuali," katanya.

"Laporan ini harus menjadi titik balik, mengakhiri era ketidakmampuan dan memicu era percepatan baru, dengan rencana iklim nasional baru yang jauh lebih berani dari setiap negara yang akan dirilis tahun depan," tambahnya.

Program Lingkungan Hidup PBB atauUN Environment Programme (UNEP), pada hari Kamis, juga memperingatkan adanya jurang antara apa yang dijanjikan negara-negara dan apa yang harus mereka capai.

Perjanjian Paris 2015, yang ditandatangani oleh hampir 200 negara, berkomitmen untuk menjaga pemanasan global "jauh di bawah" 2C dibandingkan dengan tingkat pra-industri dan jika memungkinkan, batas aman 1,5C.

"Untuk memiliki peluang 50 persen dalam menahan pemanasan hingga 1,5C, emisi global harus turun hingga 43 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat tahun 2019," para ahli yang ditugaskan oleh PBB di IPCC.

PBB juga menyatakan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer mencapai rekor tertinggi baru pada tahun 2023, yang akan mengunci peningkatan suhu di masa mendatang selama bertahun-tahun mendatang.

"Tingkat tiga gas rumah kaca utama, karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida yang menghangatkan iklim, semuanya meningkat lagi tahun lalu," kata badan cuaca dan iklim PBB,The World Meteorological Organization (WMO).

WMO mengatakan karbon dioksida terakumulasi di atmosfer lebih cepat dari sebelumnya, naik lebih dari 10 persen dalam dua dekade.

Buletin Gas Rumah Kaca tahunan WMO terbit menjelang pertemuan puncak iklim PBB COP29 pada 11-22 November di Baku.

"Tahun berikutnya. Rekor berikutnya. Hal ini seharusnya membunyikan alarm di antara para pembuat keputusan," kata kepala WMO,Celeste Saulo, dalam sebuah pernyataan. Kita jelas keluar jalur untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris.

Berdasarkan Perjanjian Paris 2015, negara-negara sepakat untuk membatasi pemanasan global pada "jauh di bawah" dua derajat Celsius di atas tingkat rata-rata yang diukur antara tahun 1850 dan 1900, dan 1,5C jika memungkinkan.

Selama emisi terus berlanjut, gas rumah kaca akan terus terakumulasi di atmosfer, sehingga meningkatkan suhu global, kata WMO. "Tahun lalu, suhu global di daratan dan lautan mencapai yang tertinggi yang pernah tercatat sejak tahun 1850," katanya.

Mengingat berapa lama CO2 bertahan di atmosfer, tingkat suhu saat ini akan berlanjut selama beberapa dekade, bahkan jika emisi dengan cepat menyusut hingga nol bersih.

Pada tahun 2023, konsentrasi CO2 berada pada 420 bagian per juta (ppm), metana pada 1.934 bagian per miliar, dan nitrogen oksida pada 336 bagian per miliar.

Hal ini menandai kenaikan sebesar 151 persen, 265 persen dan 125 persen dari tingkat pra-industri sebelum tahun 1750.

"Ini lebih dari sekadar statistik. Setiap bagian per juta dan setiap fraksi derajat peningkatan suhu memiliki dampak nyata pada kehidupan kita dan planet kita," kata Saulo.

CO2 menyumbang sekitar 64 persen efek pemanasan pada iklim.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.